MODERASI DAN HOSPITALITAS (MEMBANGUN MODERASI BERAGAMA DI INDONESIA MELALUI HERMENEUTIKA HOSPITALITAS MARIANNE MOYAERT)

Jon Renis Helfrimanso Saragih (2024) MODERASI DAN HOSPITALITAS (MEMBANGUN MODERASI BERAGAMA DI INDONESIA MELALUI HERMENEUTIKA HOSPITALITAS MARIANNE MOYAERT). Desertations (S3) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.

[img] Text (Disertasi Doktor Teologi)
57190025_bab1_bab6_daftarpustaka.pdf

Download (2MB)
[img] Text (Disertasi Doktor Teologi)
57190025_bab2-sd-bab5_lampiran.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Moderasi beragama merupakan kebijakan pemerintah dalam menyikapi kelompok ekstrem dalam beragama. Ada dua ekstrem yang disoroti yaitu ultra konservatif sebagai ekstrem kanan dan liberalisme sebagai ekstrem kiri. Ekstrem tersebut dilihat sebagai ancaman keutuhan bangsa dan toleransi karena dapat menyebabkan radikalisme dan kekerasan di satu sisi serta ateisme di sisi lain. Moderasi beragama adalah gerakan sentripetal menuju pusat sebagai titik moderat dari agama-agama. Di satu sisi, moderasi seperti ini diapresiasi karena berupaya menampilkan kesamaan agama-agama. Namun di sisi lain, moderasi seperti ini dikritisi karena bisa menyebabkan agama kehilangan esensinya untuk memperjuangkan keadilan karena dengan mudah menuduh corak pemikiran yang demikian sebagai ekstrem. Moderasi juga bisa menjadi pemaksaan doktrin untuk mengontrol berbagai ideologi dalam masyarakat. Bahkan ada kecurigaan bahwa moderasi merupakan pengendalian pemerintah terhadap tafsir keagamaan. Moderasi juga bisa menjadi bentuk dominasi mayoritas kepada minoritas sehingga tidak ada bedanya dengan kebijakan tentang kerukunan di Indonesia yang sering meminggirkan minoritas. Secara teologi, persoalan tentang kemajemukan agama-agama selalu akan bersentuhan dengan kesamaan dan perbedaan agama-agama. Pluralisme memahami adanya dasar bersama sehingga agama-agama hanyalah tampilan yang berbeda dari esensi yang sama. Jika demikian maka moderasi bisa dengan mudah dilakukan. Di sisi lain ada pemahaman partikularisme yang menekankan bahwa agama sangat berbeda secara esensial, sehingga tidak mungkin ada terjemahan antara agama-agama. Jika demikian maka moderasi beragama tidak dimungkinkan. Pluralisme memiliki kelemahan dan kekuatan, demikian juga dengan partikularisme. Karena itu dibutuhkan kajian teologi agama-agama yang melampaui pluralisme dan partikularisme untuk mengelola perbedaan yang ada. Ekstrem tidak harus dipahami sebagai musuh, tetapi bagian dari pengembangan moderasi itu sendiri. Moderasi harus dibangun dengan dua asumsi dasar yaitu agama harus berperan dalam ruang publik serta adanya kesetaraan agama-agama di Indonesia. Pemikiran Moyaert digunakan untuk membangun jembatan antara partikularisme dan pluralisme. Hospitalitas dilihat sebagai dasar yang penting untuk dalam menjawab kedua asumsi tersebut. Telaah secara kualitatif terhadap berbagai sumber digunakan untuk menggali topik ini. Hasilnya menunjukkan bahwa moderasi yang demikian adalah moderasi keterbukaan tuan rumah dan tamu yang berguna untuk mengembangkan keduanya. Moderasi yang dibangun dengan hospitalitas harus menyadari bahwa selalu ada potensi kekerasan dalam hospitalitas itu. Teologi moderasi yang demikian merupakan teologi agama-agama yang ideal dalam konteks kemajemukan agama dan budaya di Indonesia.

Item Type: Student paper (Desertations (S3))
Uncontrolled Keywords: Hospitalitas, Moderasi, Partikularisme, Pluralisme, Teologi
Subjects: B Filsafat. Psikologi. Agama > Psikologi
B Filsafat. Psikologi. Agama > Agama
Divisions: Fakultas Teologi > Doktor Teologi
Depositing User: Yoan Fenie Christina Khouw
Date Deposited: 14 May 2024 05:19
Last Modified: 14 May 2024 05:19
URI: http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/8326

Actions (login required)

View Item View Item