OKTOVIONALDI BALA LIMBONG (2024) PERCAKAPAN YESUS DENGAN PEREMPUAN SAMARIA: SEBUAH TAFSIR KRITIK IDEOLOGIS INJIL YOHANES 4:1-42 DENGAN PERSPEKTIF SIT (SOCIAL IDENTITY THEORY). Thesis (S2) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
![]() |
Text (Thesis Filsafat Keilahian)
50220138_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (3MB) |
![]() |
Text (Thesis Filsafat Keilahian)
50220138_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
Berangkat dari penafsiran modern yang melihat bahwa terdapat indikasi Yesus yang melecehkan perempuan Samaria, tulisan ini hendak menimbang ulang penafsiran tersebut. Penafsiran modern itu berusaha membantah penafsiran konservatif yang melihat teks Yohanes 4:1 – 42 merupakan bukti inklusivitas radikal Yesus. Ia berargumen bahwa, cara Yesus mengungkit masalah seksualitas perempuan Samaria merupakan sebuah retorika untuk memperlihatkan kerohanian komunitas Yohanes dan menonjolkan keberdosaan atau kenajisan Samaria sebagai yang bukan bagian dari komunitas Yohanes. Kedatangan Yesus, justru menjadi pihak imperial yang mendiskreditkan budaya Samaria, dengan dalil mencari penyembah yang benar kepada Allah. Hal ini terlihat dari bagaimana Yesus mendiskreditkan tempat peribadahan orang-orang Samaria, dan mengglorifikasi komunitas Yahudi. Pola-pola seperti ini, justru melecehkan perempuan Samaria di hadapan para pembaca Injil Yohanes. Untuk itu, tesis ini akan menimbang kembali penafsiran tersebut, guna memberikan sumbangsih bagi pembacaan modern yang semakin hari, semakin memiliki kepekaan yang luar biasa atas maraknya kasus pelecehan. Penulis mencoba mempertahankan penafsiran inklusivitas Yesus dengan membedah identitas yang kuat dan lemah menggunakan pendekatan SIT (Social Identity Theory). Dengan melihat adanya kuasa dibalik identitas ini, dapat terlihat mengapa penafsiran Yesus yang melecehkan perempuan Samaria dapat dimunculkan. Para penafsir yang berangkat dari kacamata sekarang, yang memiliki kepekaan akan masalah seksualitas, kemungkinan melihat indikasi Yesus yang melecehkan perempuan Samaria karena adanya penyimpangan kekuasaan. Dari sini, penulis berusaha menarik implikasi dengan membaca konteks masa kini yang masih bermasalah akan kuasa identitas. Pelecehan, yang bukan produk dari budaya sosial tertentu, terkadang lahir dari perasaan posisi yang lebih kuat dari yang lainnya. Sehingga fakta-fakta yang mengerikan ini bisa datang dari pihak mana saja. Kemungkinan terburuknya adalah, datang dari gereja. Kuasa identitas yang menggerogoti pihak-pihak yang merasa superior atas yang lainnya, membuat penyimpangan identitas itu bermuara pada penindasan akan identitas yang lemah, salah satunya penindasan melalui pelecehan yang dilakukan oleh gereja terhadap jemaatnya sendiri.
Item Type: | Student paper (Thesis (S2)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | komunitas, ideologi, pelecehan, identitas, kuasa |
Subjects: | B Filsafat. Psikologi. Agama > Agama B Filsafat. Psikologi. Agama > Kekristenan B Filsafat. Psikologi. Agama > Alkitab |
Divisions: | Fakultas Teologi > Magister Filsafat Keilahian |
Depositing User: | Shendiana Siallagan |
Date Deposited: | 29 Apr 2025 04:10 |
Last Modified: | 29 Apr 2025 04:10 |
URI: | http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/9824 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |