PEREMPUAN MENOLAK DIAM STUDI TEOLOGI FEMINIS POSKOLONIAL TERHADAP HUKUM PERKAWINAN ANTARGOLONGAN DALAM BUDAYA TORAJA

DINA DATU PAONGANAN (2024) PEREMPUAN MENOLAK DIAM STUDI TEOLOGI FEMINIS POSKOLONIAL TERHADAP HUKUM PERKAWINAN ANTARGOLONGAN DALAM BUDAYA TORAJA. Thesis (S2) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.

[img] Text (Tesis Filsafat Keilahian)
50200090_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf

Download (2MB)
[img] Text (Tesis Filsafat Keilahian)
50200090_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB) | Request a copy

Abstract

Tesis ini berangkat dari persoalan gender dalam konteks hukum perkawinan antargolongan di dalam kebudayaan Toraja. Pada hukum tersebut perempuan bangsawan dilarang untuk menikah dengan laki-laki dari golongan bawah. Sedangkan laki-laki bangsawan diperbolehkan menikah dengan perempuan dari golongan bawah. Perempuan yang melanggar hukum tersebut akan mendapat hukuman dan dikucilkan oleh keluarga dan masyarakat. Masyarakat menganggap hal tersebut sebagai pembangkangan terhadap keluarga. Secara sederhana, perempuan bangsawan mengalami pembungkaman karena tidak diizinkan untuk memilih pasangan yang dicintainya. Untuk itu, Penulis menggunakan perspektif teologi feminis poskolonial untuk melihat pelanggaran tersebut secara berbeda. Pertama, Penulis menggunakan konsep subaltern dari Gayatri Chakravorty Spivak untuk menganalisis posisi perempuan bangsawan yang melanggar hukum perkawinan tersebut. Kedua, Penulis menggunakan konsep teologi feminis poskolonial dari Kwok Pui-lan untuk merefleksikan pengalaman perempuan bangsawan Toraja dalam melawan hukum perkawinan tersebut secara teologis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mengumpulkan data-data melalui studi lapangan dan pustaka. Berdasarkan hasil penelitian, Penulis menemukan bahwa perempuan bangsawan Toraja menjadi hilang status kebangsawanannya ketika melanggar perkawinan antargolongan di Toraja. Akar persoalan yang mereka hadapi dalam konteks perkawinan antargolongan adalah pembedaan antargolongan (tana’) di dalam masyarakat Toraja dan berdampak kepada perempuan bangsawan. Berdasarkan konsep Spivak, Penulis mengkategorikan mereka sebagai subaltern karena mengalami pembatasan dan pembungkaman atas suaranya sendiri untuk memilih pasangan hidupnya secara mandiri. Para perempuan Toraja mengalami pembungkaman oleh kolonial yang melanggengkan tana’ bersama laki-laki bangsawan di Toraja. Pada kondisi mereka sebagai subaltern, bukan berarti mereka sama sekali tidak bisa berbicara, namun mereka bersuara dengan melawan pembungkaman tersebut dengan melanggar larangan perkawinan antargolongan. Berdasarkan konsep Kwok, Penulis merefleksikan secara teologis bahwa dari pengalaman perempuan Toraja yang kompleks tercipta spiritualitas perlawanan dan cinta yang menguatkan serta membebaskan mereka dari kungkungan hukum adat yang bersifat kolonial. Kata Kunci: Hukum Perkawinan Antargolongan, Perempuan Toraja Bangsawan, Subaltern, Teologi Feminis Poskolonial, Gayatri Spivak, dan Kwok Pui-lan.

Item Type: Student paper (Thesis (S2))
Uncontrolled Keywords: Hukum Perkawinan Antargolongan, Perempuan Toraja Bangsawan, Subaltern, Teologi Feminis Poskolonial, Gayatri Spivak, dan Kwok Pui-lan.
Subjects: B Filsafat. Psikologi. Agama > Kekristenan
B Filsafat. Psikologi. Agama > Alkitab
B Filsafat. Psikologi. Agama > Teologi Praktis
Divisions: Fakultas Teologi > Magister Filsafat Keilahian
Depositing User: Mayriska Eliana
Date Deposited: 29 Apr 2025 03:46
Last Modified: 29 Apr 2025 03:46
URI: http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/9814

Actions (login required)

View Item View Item