41170203, I Made Wahyu Adi Putrawan (2021) GAMBARAN JAMUR PENYEBAB OTOMIKOSIS DAN POLA KEPEKAAN ANTIJAMUR DI SURYA HUSADHA HOSPITAL DENPASAR. Final Year Projects (S1) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
Text (Skripsi Kedokteran)
41170203_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (5MB) |
|
Text (Skripsi Kedokteran)
41170203_bab2 sd bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (5MB) | Request a copy |
Abstract
Latar Belakang: Infeksi jamur memiliki distribusi tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi 4 per 1.000 populasi. Di Indonesia, prevalensi infeksi jamur tercatat masih tinggi pada layanan kesehatan. Infeksi jamur ini sulit dibedakan dengan infeksi bakteri sehingga menyebabkan kesalahan diagnosis dan pengobatan yang tidak tepat dengan hanya pemberian antibiotik. Akibatnya bila tidak tertangani dapat meyebabkan infeksi kronis gangguan pendengaran dan perforasi membran timpani. Tujuan: Mengetahui jamur penyebab otomikosis dan kepekaan terhadap 4 obat antijamur (ketokonazol, itrakonazol, flukonazol, terbinafine) di Poli THT Surya Husadha Hospital Denpasar Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Sampel spesimen diambil dari responden yang memeriksakan diri ke Poli THT Surya Husadha Hospital Denpasar. Pemilihan subjek menggunakan metode total sampling. Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan 15 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Jamur yang teridentifikasi terbanyak adalah Aspergillus flavus 46,6% diikuti Aspergillus niger sebanyak 26,6%, kemudian diikuti Penicillium sp. 20%. Serta 6,6% diantaranya teridentifikasi campuran antara Aspergillus flavus dan Candida sp. Pada pemeriksaan dengan KOH 10% untuk indentifikasi jamur penyebab otomikosis ditemukan 100% positif jamur dan untuk biakan jamur semua sampel teridentifikasi jamur. Sedangkan pada penelitian uji sensitivitas antijamur terhadap isolat jamur didapatkan bahwa terbinafin menjadi obat yang paling sensitif dalam pengobatan otomikosis yaitu 93,75%, diikuti oleh itrakonazol 68,75%. Kemudian obat antijamur yang masuk ke dalam katagori intermediet yaitu ketokonazol 50%, diikuti itrakonazol 31,25%, dan terbinafin 6,25%. Sedangkan obat yang resisten dalam pengobatan otomikosis yaitu flukonazol 100% diikuti oleh ketokonazol 50%. Kesimpulan: Penelitian ini mengungkapkan bahwa Aspergillus sp, Penicillium sp, dan Candida sp merupakan patogen jamur paling umum yang dapat menyebabkan otomikosis. Pada uji sensitivitas antijamur didapatkan obat terbinafine menunjukan sensitivitas tertinggi, sedangkan obat yang menunjukan resisten tertinggi adalah flukonazol.
Item Type: | Student paper (Final Year Projects (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Otomikosis, Infeksi Jamur |
Subjects: | R Kedokteran. Medis > Kedokteran (Umum) R Kedokteran. Medis > Kedokteran Botani. Thomsonian dan Eklektik |
Divisions: | Fakultas Kedokteran > Prodi Kedokteran |
Depositing User: | Jessica Dipta Novyana, A.Md |
Date Deposited: | 31 Mar 2022 08:13 |
Last Modified: | 31 Mar 2022 08:13 |
URI: | http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/6738 |
Actions (login required)
View Item |