KRISTOLOGI M.QURAISH SHIHAB: PEMAHAMAN M. QURAISH SHIHAB TENTANG ISA DALAM TAFSIR AL-MISBAH SURAH ALI-IMRAN 45-55 DAN SURAH AL-MARYAM 24-36 SERTA RELEVANSINYA BAGI RELASI KRISTEN-ISLAM DI INDONESIA

01160002, Markus Perdata Sembiring (2021) KRISTOLOGI M.QURAISH SHIHAB: PEMAHAMAN M. QURAISH SHIHAB TENTANG ISA DALAM TAFSIR AL-MISBAH SURAH ALI-IMRAN 45-55 DAN SURAH AL-MARYAM 24-36 SERTA RELEVANSINYA BAGI RELASI KRISTEN-ISLAM DI INDONESIA. Bachelor thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.

	Text (Skripsi Teologi) 01160002_bab1_bab5_daftar pustaka.pdf Download (4MB)
	Text (Skripsi Teologi) 01160002_bab2 s.d. bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan tak semuanya diwarnai dengan konflik. Pandangan teologis yang berbeda dari kedua agama ini tidak seharusnya berujung pada titik tengkar. Pandangan yang berbeda sebenarnya dapat diperjumpakan dan didialogkan, sehingga kedua agama ini dapat saling belajar dan memperkaya pemahamannya masing-masing. Begitu juga halnya pemahaman Kristen dan Islam dalam menghayati Isa Al-Masih (Yesus). Kekeristenan sering sekali melihat Yesus dari sudut pandang ke-IlahianNya, sedangkan Islam pada umumnya melihat Isa (Yesus) dari sudut pandang ke-manusiaanya. Perbedaan cara memahami Isa ini sering sekali berujung pada titik tengkar. Adapun tulisan ini memiliki tujuan untuk menemukan gambaran Kristologi dari Muhammad Quraish Shihab dalam al-Qur’an tafsir al-Mishbah dan dapat menemukan kontribusi konsep Kristologi M. Quraish Shihab bagi relasi Islam Kristen di Indonesia. Selain itu, tulisan ini juga bertujuan untuk memperkaya pemahaman teologis Kekeristenan dalam melihat gambaran Yesus (Isa Al-Masih) melalui Kristologi Muhammad Quraish Shihab. Konsep kristologi yang dianalisis dari tafsir al-Misbah surah Ali-Imran dan al-Maryam karya Shihab, merupakan konsep yang relevan bagi Kekristenan untuk mengembangkan Kekristenan bagi tubuhnya sendiri dan bagi kehidupan bermasyarakat dalam konteks Indonesia. Dialog lintas agama berbasiskan kacamata liyan menjadi penting dalam upaya membangun bangsa Indonesia, menangkal radikalisme yang dapat membuahkan perpecahan atau kehancuran bangsa dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Actions (login required)

View Item