FENOMENA KUTUK/BERKAT DI RUMAH NAOMI: HERMENEUTIK ETNOFENOMENOLOGI ATOIN METO DI BOTI ATAS KITAB RUT 1:1-6

Welfrid Fini Ruku (2017) FENOMENA KUTUK/BERKAT DI RUMAH NAOMI: HERMENEUTIK ETNOFENOMENOLOGI ATOIN METO DI BOTI ATAS KITAB RUT 1:1-6. Desertations (S3) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.

[img] Text (Disertasi Teologi)
57110007_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf

Download (1MB)
[img] Text (Disertasi Teologi)
57110007_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Teori hermeneutik dengan orientasi ‘dua cakrawala’ budaya (Text/Author dan Interpreter) hasil temuan Gadamer yang dipopulerkan oleh Thiselton (Anthony C. Thiselton: 1980, 16, 25) sudah mendapat kritikan tajam dari beberapa pihak. Salah satu di antaranya adalah Larry Caldwell. Ia menilai bahwa para penafsir barat dan penafsir dunia ketiga yang sempat mengenyam pendidikan barat sangat dipengaruhi oleh teori hermeneutik ‘dua cakrawala’ yang menonjolkan metode kritik sejarah. Padahal metode kritik sejarah sangat dipengaruhi oleh budaya barat. Alhasil, para penafsir tersebut tidak cukup memberikan perhatian kepada budaya penerima (Receptor) di dunia ketiga. Ia melakukan evaluasi terhadap teori ‘dua cakrawala’ dengan mencetuskan teori hermeneutik ‘tiga cakrawala budaya’ dan menekankan bahwa tugas hermeneutik, yakni melakukan fusi dari budaya teks, budaya penafsir/penginjil, dan budaya penerima di dunia ketiga. Karena metode kritik sejarah dipengaruhi oleh pemikiran barat maka Caldwell mengusulkan metode ethnohermeneutics sebagai pengganti metode kritik sejarah [Larry Caldwell: AJT/1:2, 1987, pp. 314-333; Larry Caldwell, Phronesis: vol. 3, No. 1, 1996, pp. 13-36]. Dalam disertasi ini teori ‘dua cakrawala’ Thiselton dan ‘tiga cakrawala budaya’ Caldwell dievaluasi antara lain karena keduanya secara bersama masih menempatkan kaum awam sebagai obyek dari karya penafsiran. Kaum awam dianggap tidak mempunyai kapasitas untuk berjumpa langsung dengan teks. Disertasi ini menawarkan dua komponen utama dalam karya penafsiran, yakni Teks dan Pembaca (Text and Reader). Pembaca dalam hal ini mencakup penafsir (Interpreter) dan penerima (Receptor). Keduanya berkolaborasi pada kegiatan membaca teks Alkitab dalam wadah Communal Bible Reading atau Collaborative Reading of the Bible (CBR/CRB). Dalam wadah itu, penafsir dan penerima menurut kategori Caldwell, mempunyai status yang setara sebagai pembaca (Readers) dengan kapasitas berbeda tetapi saling mengisi bagi lahirnya sebuah karya tafsir yang benarbenar kontekstual, yaitu tafsiran yang menjawab kebutuhan konteks masa kini. Paradigma yang digunakan adalah paradigma post-moderen. Dan perspektif yang dpakai adalah ‘tanggapan pembaca’ (Reader-response) tetapi bukan menurut model Fish yang melulu berorientasi pada pembaca (readers oriented) melainkan model Iser yang mempertimbangkan peranan teks dan pembaca (text-readers oriented) serta komunikasi timbal balik di antara keduanya dalam rangka mengonstruksi makna teks. Konsep yang ditawarkan adalah ‘hermeneutik etnofenomenologi’ yang merupakan penggabungan antara etnohermeneutik (Caldwell) dan fenomenologi (Husserl). Heremeneutik etnofenomenologi mencari metode tafsir dari suku yang bersangkutan dan pengalaman keagamaan tiap individu anggota komunitas suku ikut disumbangkan untuk memperkaya pemahaman terhadap teks. Hasilnya, dalam menanggapi teks, warga suku Atoni menggunakan metode naketi, suatu metode yang biasa mereka pergunakan untuk menafsir fenomena alam dalam hidup sehari-hari. Dengan metode naketi mereka menemukan bahwa krisis berkepanjangan dan intensif yang menimpa Israel pada umumnya (kelaparan) dan keluarga Naomi pada khususnya (kematian bertubi-tubi pada laki-laki dan kemandulan) [ayat 1-5] merupakan fenomena kutuk oleh sebab pelanggaran hukum adat tanah. Sedangkan kelimpahan makanan [ayat 6] merupakan fenomena berkat. Warga suku Atoni membaca teks suci dari perspektif kutuk/berkat. Analisis fenomenologis atas struktur kesadaran religius pembaca membuktikan bahwa ideologi kutuk/berkat menyangkut tanah sangat berpengaruh ketika mereka membaca Rut 1:1-6. Ideologi kutuk/berkat bersumber dari ajaran agama suku dan agama Kristen serta didukung oleh pengalaman-pengalaman hidup tiap individu dalam masyarakat Atoni di Boti. Apropriasi teks ke dalam konteks suku Atoni imelahirkan komitmen-komitmen terkait pemeliharaan atas tanah mencakup komitmen untuk: menghormati hak milik orang atas tanah, mendorong minat kembali ke desa untuk mengolah tanah, memanfaatkan tanah-tanah kosong yang belum digarap,melaksanakan program menanam air (Planting Water), menjaga kelestarian alam dengan menanam pohon, menghentikan penjualan tanah, mencegah pengambilalihan tanah warga oleh pihak lain, memperjelas batas-batas dan status tanah, mensoalisasikan UU Pokok Agraria supaya orang tahu akan hak/kewajiban, dan menyadarkan masyarakat tentang baik/buruknya menjadi TKI/TKW di luar negeri. Disertasi ini membuahkan tiga butir rekomendasi: (1) Sudah saatnya teori penafsiran teks Alkitab yang mengabaikan peran kaum awam ditinjau kembali. (2) Para penafsir terdidik perlu membiasakan diri membaca teks Alkitab bersama jemaat dan menghindari kebiasan membaca teks Alkitab bagi jemaat. (3) Membaca Alkitab bersama antara teolog terdidik dan kaum awam harus diarahkan kepada tujuan mulia, yakni transformasi diri dan sosial.***

Item Type: Student paper (Desertations (S3))
Uncontrolled Keywords: dua cakrawala, tiga cakrawala budaya, kritik sejarah, membaca Alkitab dalam komunitas, etnohermeneutik, etnofenomenologi, naketi.
Subjects: B Filsafat. Psikologi. Agama > Kekristenan
B Filsafat. Psikologi. Agama > Alkitab
Divisions: Fakultas Teologi > Doktor Teologi
Depositing User: Ms Hilaria Fortuna
Date Deposited: 11 May 2023 03:45
Last Modified: 11 May 2023 03:45
URI: http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/5737

Actions (login required)

View Item View Item