01052024, AYUB SEKTIYANTO (2011) FILSAFAT HABITUS PIERRE BOURDIEU DAN TEORI APLIKASINYA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN DI INDONESIA. Final Year Projects (S1) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
Text (Skripsi Teologi)
01052024_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (376kB) |
|
Text (Skripsi Teologi)
01052024_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (546kB) | Request a copy |
Abstract
Dalam perspektif ilmu-ilmu sosial terutama filsafat dan sosiologi, oposisi diantara subjektivisme dan objektivisme merupakan bagian yang selama ini tidak terdamaikan. Subjektivisme meyakini bahwa pengetahuan tentang dunia sosial didasarkan pada pengalaman utama dan persepsi individu. Sedangkan objektivisme meyakini bahwa dunia sosial dibentuk oleh hubungan-hubungan yang berada di luar kekuasaan dan kesadaran individu yang justru menentukan kesadaran dan tindakannya. Menurut Pierre Bourdieu (1930-2002), dikotomi antara subjektivisme dan objektivisme tersebut meskipun terlihat bertentangan, namun keduanya saling terkait dan saling mempengaruhi dalam suatu proses kompleks praktik sosial. Maka untuk dapat mendialektikakan keduanya, Bourdieu merumuskan konsep habitus, arena, dan modal. Habitus merupakan hasil ketrampilan yang menjadi tindakan praktis (tidak selalu disadari) yang diterjemahkan menjadi kemampuan yang terlihat alamiah. Arena merupakan ruang yang terstruktur dengan aturan keberfungsiannya yang khas namun tidak secara kaku terpisah dari arena-arena lainnya dalam sebuah dunia sosial. Arena membentuk habitus yang sesuai dengan struktur dan cara kerjanya, namun habitus juga membentuk dan mengubah arena sesuai dengan strukturnya. Otonomisasi relatif arena ini mensyaratkan agen yang menempati berbagai posisi yang tersedia dalam arena apapun, terlibat dalam usaha perjuangan memperebutkan sumber daya atau modal yang diperlukan guna memperoleh akses terhadap kekuasaan dan posisi dalam sebuah arena. Korelasi habitus, modal, dan arena ini tidak hanya dapat dipakai untuk melihat praktik sosial secara umum, melainkan juga dalam arena sosial yang khas seperti dunia pendidikan. Dalam arena sekolah, habitus linguistik merupakan modal budaya intelektual dominan yang disyaratkan oleh sekolah. Padahal peserta didik berasal dari arena sosial berbeda dan memiliki modal yang beragam ketika memasuki arena sosial sekolah. Dalam rangka inilah institusi pendidikan melakukan praktik reproduksi kesenjangan sosial. Praktik reproduksi kesenjangan sosial dalam dunia pendidikan erat kaitannya dengan teori pembentukan negara. Negara yang terbentuk melegitimasikan kekuasaan atas masyarakatnya melalui serangkaian aturan yang mengikat. Terbentuknya negara dibarengi dengan dibentuknya pasar kerja yang mensyaratkan modal tertentu oleh tenaga kerja. Pewarisan intelektual dilakukan dengan membentuk pasar pendidikan yang mensyaratkan modal budaya intelektual yang sesuai dengan modal elit pembentuk negara. Sekolah menjadi institusi reproduksi kesenjangan sosial karena mensyaratkan kepemilikan modal budaya intelektual demi mendapat posisi dalam pasar kerja. Negara melegitimasi kekuasaannya melalui ijasah sebagai syarat universal memasuki pasar kerja. Dalam konteks Indonesia, kekuasaan negara dalam pendidikan disahkan melalui kurikulum nasional yang berlaku universal di seluruh sekolah. Sekolah Dasar Kanisius Eksperimental (SDKE) Mangunan menerapkan praktik pendidikan yang berbeda melalui penggunaan Kurikulum Eksperimental Mangunan yang mempertimbangkan secara serius konteks sosial kurikulumnya dan tidak mensyaratkan habitus linguistik yang seragam. Keberlangsungan dominasi yang mereproduksi struktur sosial juga dinarasikan dalam kesaksian Alkitab dalam Markus 2: 23-28. Yesus melalui gerakan profetis-Nya melakukan upaya pembebasan terhadap aturan sosial yang membelenggu keberlangsungan praktik sosial. Belenggu penjajahan Romawi diperparah dengan larangan ketat bekerja pada hari Sabat oleh kaum Farisi. Yesus mengurai dominasi kekuasaan dan legitimasi yang mengurung praktik sosial Israel dengan tidak memisahkan ketaatan kepada Allah (dimensi religius) dan konflik sosial (dimensi kemanusiaan).
Item Type: | Student paper (Final Year Projects (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Habitus, Arena, Modal, Habitus Linguistik, Kekerasan Simbolik, Kekuasaan Simbolik, Dominasi, Kurikulum, SDKE Mangunan, Pembebasan |
Subjects: | B Filsafat. Psikologi. Agama > Filsafat (Umum) B Filsafat. Psikologi. Agama > Kekristenan H Ilmu Sosial > Sosiologi L Pendidikan > Pendidikan (Umum) |
Divisions: | Fakultas Teologi > Filsafat Keilahian |
Depositing User: | Ms Lea Destiany |
Date Deposited: | 19 May 2021 04:51 |
Last Modified: | 19 May 2021 04:51 |
URI: | http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/4916 |
Actions (login required)
View Item |