PERSPEKTIF PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BAGI GEREJA-GEREJA DI INDONESIA

50070218, FRANKLYN MICHAEL (2011) PERSPEKTIF PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BAGI GEREJA-GEREJA DI INDONESIA. Thesis (S2) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.

[img] Text (Tesis Ilmu Teologi)
50070218_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf

Download (736kB)
[img] Text (Tesis Ilmu Teologi)
50070218_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf
Restricted to Registered users only

Download (398kB) | Request a copy

Abstract

Keragaman budaya atau multikulturalisme merupakan suatu realitas yang dialami oleh masyarakat dan kebudayaan di masa lalu, masa kini dan pada masa yang akan datang. Seiring dengan perkembangan teknologi transportasi, komunikasi dan informasi, pertemuan antar kebudayaan lambat laut mencapai intensitas yang semakin memuncak. Keragaman budaya dalam masyarakat inilah yang mendorong paham multikulturalisme yang secara sederhana dapat dipahami sebagai pengakuan bahwa suatu negara, masyarakat ataupun komunitas adalah beragam dan majemuk. Oleh sebab itu, pengakuan dan penghargaan akan kesederajatan ungkapan-ungkapan budaya merupakan syarat utama dalam mencapai masyarakat multikultural. Pengakuan dan penghargaan akan keragaman budaya sangat perlu dikembangkan karena sepanjang sejarah manusia praktek diskriminasi, penindasan dan politik segresi sering mewarnai relasi antar kelompok budaya dalam masyarakat dunia. Berangkat dari pemahaman multikulturalisme tersebut, pendidikan multikultural muncul di permukaan sebagai salah satu respon perjuangan akan ketidakdilan dan diskriminasi yang ada dalam masyarakat. Pendidikan multikultural muncul karena pembentukan masyarakat multikultural tidak dapat dibentuk secara taken for granted atau trial and error. Sebaliknya, pembentukan masyarakat multikultural harus dilakukan secara teratur, terencana, sistematis dan berkesinambungan. Pendidikan multikultural dianggap sebagai salah satu upaya strategis dalam rangka membangun masyarakat multikultural terutama dalam konteks Indonesia. Urgensi dan signifikansi pendidikan multikultural di Indonesia sangat dirasakan ketika keragaman budaya yang ada dalam masyarakat terus mengarah kepada trend negatif seperti konflik dan kekerasan yang selama satu dasawarsa terakhir terus menghantui kehidupan masyarakat ini baik atas nama agama, kelompok, aliran kepercayaan, golongan maupun etnisitas. Upaya-upaya strategis ini dapat diselenggarakan di lembaga-lembaga pendidikan baik formal, informal maupun nonformal termasuk gereja sebagai salah satu fondasi kerukunan umat beragama yang juga merupakan syarat terbentuknya kerukunan bangsa. Perspektif pendidikan multikultural menawarkan ide-ide mengenai kesederajatan hak-hak budaya, penghargaan dan pengakuan akan identitas-identitas keragaman masyarakat dan kesempatan yang sama dengan budaya-budaya yang lain. Akan tetapi, tidak berarti perspektif pendidikan multikultural tersebut dapat diterima dengan mudah oleh gereja-gereja di Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa gereja-gereja di Indonesia terbentuk dan terbangun berdasarkan suatu identitas yang telah dipertahankan dan diwariskan secara turun-temurun. Identitas-identitas gereja berupa denominasi, etnisitas ataupun regionalitas terawat dengan baik melalui proses internalisasi norma-norma, aturan-aturan, cara pandang dan sikap. Identitas tersebut membentuk seorang individu yang tidak terlepas oleh sumber identitasnya dalam berinteraksi dengan budaya- budaya di sekitar mereka. Konflik dan kekerasan yang seringkali mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia mendorong masing-masing lembaga keagamaan dan lembaga pendidikan termasuk gereja-gereja di Indonesia untuk menanamkan kesadaran dan memahami kembali pentingnya semangat kebhinekaan Indonesia (unity in diversity) untuk dapat hidup berdampingan secara damai dalam keragaman budaya baik secara individual maupun kelompok. Hal ini mengajak gereja untuk mengevaluasi diri dalam menyikapi berbagai macam keragaman identitas kebudayaan di sekitar mereka khususnya berkaitan dengan kepelbagaian dalam gereja baik secara denominasional, etnisitas dan regional. Jika meminjam teori Richard Niebuhr mengenai sikap gereja terhadap budaya, maka gereja gereja di Indonesia dapat menyikapi perbedaan identitas budaya di sekitar mereka dalam beberapa sikap baik sikap radikal, paradoksial, sintetik, akomodatif dan transformatif. Dengan mempertimbangkan konteks keragaman budaya di Indonesia maka sikap transformatif merupakan salah satu sikap yang dinilai sangat baik dijadikan acuan bagi gereja-gereja di Indonesia. Berkaitan dengan hal di atas maka pendidikan multikultural dapat dilihat sebagai salah satu wujud/bagian dari sikap transformatif gereja dalam melihat keragaman identitas dalam konteks gereja-gereja di Indonesia pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Dalam perpekstif pendidikan multikultural, gereja tidak menarik diri dari konteks keragaman identitas di sekitarnya, tidak juga terlarut dengan pengaruh identitas-identitas di luar dirinya sehingga kehilangan jati diri dan keunikan suatu gereja. Akan tetapi, perspektif pendidikan multikultural mengupayakan pendekatan yang berusaha untuk memahami budaya pada dirinya dan memahami budaya di luar dirinya sebagai salah satu jalan/cara mengembangkan kesadaran akan penghargaan dan pengakuan atas keragaman identitas budaya yang ada Untuk mengembangkan pendidikan multikultural bagi gereja-gereja di Indonesia maka teori James A Banks, salah satu tokoh pendidikan multikultural di Amerika, mengenai lima (5) dimensi pendidikan multikultural dapat dijadikan acuan dalam membangun pendidikan multikultural dalam hidup menggereja di Indonesia. Lima dimensi tersebut mencakup dimensi integrasi isi, pereduksian prasangka, konstruksi ilmu pengetahuan, pendidikan yang adil dan pemberdayaan kebudayaan sekolah. Melalui pengembangan dimensi-dimensi pendidikan multikultural tersebut maka diharapkan gereja-gereja di Indonesia dapat mengembangkan sikap saling saling mengakui dan menghargai terhadap ungkapan-ungkapan budaya yang ada yang tidak hanya terbatas pada relasi-relasi yang superfisial dan kosmetis dengan obyeks afektifnya dimana keragaman hanya dirayakan terbatas pada perayaan-perayaan keagamaan akan tetapi menyentuh segala aspek prasangka dan stereotipe yang masih tersimpan dalam masing-masing individu ataupun kelompok. Akhirnya pendidikan multikultural merupakan suatu titik pijak dalam membangun relasi-relasi antar kelompok keagamaan dalam melihat permasalahan-permasalahan sosial di sekitar mereka baik ketidakadilan, kemiskinan, dan kekerasan yang selanjutnya dapat diwujudnyatakan dalam suatu tindakan yang riil dan nyata.

Item Type: Student paper (Thesis (S2))
Uncontrolled Keywords: Multikultural, Pendidikan, Keragaman
Subjects: B Filsafat. Psikologi. Agama > Kekristenan
B Filsafat. Psikologi. Agama > Teologi Praktis
G Geografi. Antropologi. Rekreasi > Antropologi
Divisions: Fakultas Teologi > Magister Filsafat Keilahian
Depositing User: Ms Lea Destiany
Date Deposited: 20 May 2021 02:37
Last Modified: 20 May 2021 02:37
URI: http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/4891

Actions (login required)

View Item View Item