50120329, RICHARD REYNOL MAPANDIN (2017) MEMBANGUN BUDAYA MANTUNU SEBAGAI KESADARAN TANGGUNGJAWAB ETIS. Thesis (S2) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
Text (Tesis Ilmu Teologi)
50120329_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (1MB) |
|
Text (Tesis Ilmu Teologi)
50120329_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (672kB) | Request a copy |
Abstract
Budaya bukan sekedar suatu realitas sejarah yang maknanya ditransmisikan dengan pandangan statis, budaya bukan pula sekedar suatu replikasi diri, sebaliknya, budaya adalah sejarah dimana maknanya bisa "berkembang" sehingga budaya yang dapat ditransformasikan sebagaimana proses penerusan budaya itu sendiri. Budaya lokal Toraja, dalam hal ini Mantunu adalah sebuah warisan nenek moyang Toraja dan masih intens dilaksankan sampai saat ini. Perubahan-perubahan senantiasa terjadi dalam budaya tersebut. Perubahan tersebut mulai dari hal-hal yang teknis sampai pada ideologi yang ada di balik budaya Mantunu itu sendiri. Perubahan ini tidak dapat dicegah, karena berjalan sesuai dengan perkemabangan zaman. Seiring dengan itu, ada dampak-dampak negatif atas perkembangan budaya. Sikap pragmatisme dan konsumeris adalah salah satu contoh dampak negatif dari budaya Mantunu. Perjumpaan gereja dan budaya adalah sebuah kenyataan yang harus dijalani oleh setiap gereja, di mana gereja melaksanakan misi pelayanannya. Tanggungjawab etis Levinas, sebagai sebuah teori yang mendasari pahamnya dari perjumpaan tersebut, di mana perjumpaan tersebut memungkinkan kita untuk memperoleh data primordial untuk mengambil sebuah sikap terhadap perjumpaan itu. Tanggungjawab etis adalah sebuah keterpanggilan atas kehadiran Yang Lain di hadapan kita. Relasi intersubjektif adalah salah satu wujud nyata dari tanggungjawab etis tersebut. Perjumpaan Paulus dengan Yesus, kemudian mendasari keterpanggilan Paulus untuk mengambil sebuah tanggungjawab memberitakan Injil. Hal ini menjadi sebuah dasar teologi, untuk menemukan sebuah pemaknaan baru karena perjumpaan tersebut. Oleh karena itu, perjumpaan Gereja Toraja dengan budaya lokal Toraja dimaknai sebagai perjumpaan yang menghasilkan tanggungjawab etis terhadap perkembangan budaya Mantunu yang ada di Toraja. Membangun kembali kebudayaan Mantunu adalah sebuah tanggungjawab etis yang didasari pada sebuah situasi primordial tersebut, yaitu perjumpaan yang menjadi titik tolak dari tulisan ini, tentu dengan keterbatasan yang ada.
Item Type: | Student paper (Thesis (S2)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Teologi, Mantunu, Budaya |
Subjects: | B Filsafat. Psikologi. Agama > Filsafat (Umum) G Geografi. Antropologi. Rekreasi > Tata Krama dan Adat Istiadat |
Divisions: | Fakultas Teologi > Magister Filsafat Keilahian |
Depositing User: | ms priska lim |
Date Deposited: | 08 Feb 2021 03:19 |
Last Modified: | 08 Feb 2021 03:19 |
URI: | http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/4861 |
Actions (login required)
View Item |