41160097, Naftali Novian Kristianto (2020) FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA NEONATUS DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM SEMARANG. Final Year Projects (S1) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
Text (Skripsi Kedokteran)
41160097_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (6MB) |
|
Text (Skripsi Kedokteran)
41160097_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
Latar Belakang : Hiperbilirubinemia neonatus adalah keadaan pada bayi dalam rentang waktu empat minggu, dimana terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam darah> 5 mg/dL. Secara klnis, hiperbilirubinemia neonatus ditandai dengan adanya ikterus. Pada neonatus, kulit yang berwarna kuning (ikterus) teridentifikasi pertama pada wajah, dan saat bilirubin meningkat, ikterus akan terlihat pada tubuh dan ekstremitas. Kondisi ini ditermukan 50%-60% pada kelahiran minggu pertama. Hiperbilirubinemia neonatus dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu neonatus dengan kelahiran prematur, neonatus dengan BBLR, neonatus yang tidak diberikan ASI eksklusif, jenis persalinan, tingkat pendidikan ibu yang rendah, dan neonatus dengan jenis kelamin laki-laki. Tujuan : Untuk mengetahui faktor-faktor risiko dari hiperbilirubinemia neonatus. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kasus-kontrol (case-control). Jumlah sampel penelitian yang digunakkan sebesar 60 untuk kelompok neonatus yang hiperbilirubin (kasus) dan 60 untuk kelompok neonatus yang tidak hiperbilirubin (kontrol). Data yang digunakkan berasal dari rekam medis rumah sakit Panti Wilasa Citarum Semarang dari tahun 2018-2019. Hasil : Hasil analisis bivariat dengan uji chi square dan fisher-exact test menunjukkan bahwa neonatus yang tidak diberikan ASI eksklusif (OR=2,180), melewati persalinan sectio caesarea (OR=24,375), dan memilki jenis kelamin laki-laki (OR=2,184) dapat meningkatkan risiko terjadinya hiperbilirubinemia neonatus. Tidak terdapat hubungan antara prematuritas (p=0,619), BBLR (p=0,439), dan tingkat pendidikan ibu (p=0,277) dengan kejadian hiperbilirubinemia neonatus. Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara ASI eksklusif, jenis persalinan, dan jenis kelamin dengan kejadian hiperbilirubinemia neonatus. Neonatus yang tidak diberikan ASI eksklusif, melewati persalinan sectio caesarea (SC), dan memiliki jenis kelamin laki-laki dapat meningkatkan risiko terjadinya hiperbilirubinemia neonatus. Tidak terdapat hubungan antara prematuritas, BBLR, dan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian hiperbilirubinemia neonatus.
Item Type: | Student paper (Final Year Projects (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Hiperbilirubinemia, Neonatus |
Subjects: | R Kedokteran. Medis > Pediatri |
Divisions: | Fakultas Kedokteran > Prodi Kedokteran |
Depositing User: | ms priska lim |
Date Deposited: | 14 Oct 2020 02:44 |
Last Modified: | 08 Jun 2021 02:16 |
URI: | http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/4033 |
Actions (login required)
View Item |