TEOLOGI PROGRESIF : STUDI KOMPARATIF-ORIENTING ATAS PEMIKIRAN TEOLOGI KONTEKSTUAL ISLAM PROGRESIF PASCA-ORDE BARU (1999-2010) DENGAN PEMIKIRAN TEOLOGI KONTEKSTUAL KRISTEN PROGRESIF DUTA WACANA DAN PENGARUHNYA BAGI HUBUNGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN

50110299, JOHN CHRISTIANTO SIMON (2013) TEOLOGI PROGRESIF : STUDI KOMPARATIF-ORIENTING ATAS PEMIKIRAN TEOLOGI KONTEKSTUAL ISLAM PROGRESIF PASCA-ORDE BARU (1999-2010) DENGAN PEMIKIRAN TEOLOGI KONTEKSTUAL KRISTEN PROGRESIF DUTA WACANA DAN PENGARUHNYA BAGI HUBUNGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN. Thesis (S2) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.

[img] Text (Tesis Ilmu Teologi)
50110299_bab1_bab4_lampiran.pdf

Download (893kB)
[img] Text (Tesis Ilmu Teologi)
50110299_bab2-sd-bab3_lampiran.pdf
Restricted to Registered users only

Download (566kB) | Request a copy

Abstract

Islam dan Kristen di Indonesia adalah realitas yang multi-faset. Karena itu dibutuhkan upaya untuk memahami realitas yang kaya itu dengan membuat tipologi atas kenyataan yang secara sosiologis teramati. Islam Progresif dan Kristen Progresif adalah salah satu tipologi itu. Dengan kesadaran bahwa setiap tipologi tidak akan pernah menangkap secara tepat realitas yang digambarkan. Selain karena logika perubahan sosial, juga karena amat kayanya realitas yang hendak didekati. Islam Progresif mengusung sebuah praksis yang telah dan tengah diwacanakan dalam ruang-ruang publik masyarakat agama-agama di Indonesia. Ia melampaui tipologi lama dan paling mempengaruhi jagat pewacanaan Islam di Indonesia yang sering disebut sebagai kebangkitan generasi Neo-Modernisme Islam (kultur Modernis) atau pun Post-Tradisionalisme Islam (kultur Tradisionalis). Tidak lagi berkutat kaku pada faktor individu dalam menggulirkan gagasan-gagasan progresif, kini Islam Progresif telah menjadi sebuah gerakan pemikiran yang berbasis pada ‘kerja kolektif’ dalam pengarusutamaan (mainstreaming) dan desiminasi praksis keislaman yang ramah dan toleran. Sebuah Islam yang secara paradigmatik (metodologis) disebut Islam kontekstual. Islam Progresif juga menyelesaikan problem teologis akut dalam sejarah Islam di Indonesia dengan menggagas tiga tema strategis dalam sekali jalan, yakni: keislaman, kemanusiaan dan keindonesiaan. Islam Progresif juga menyelesaikan problem teologis terkait kerja-kerja kemanusiaan dengan menggagas isu-isu paling kontroversial dalam diskursus Islam paling akhir, yaitu: menentang teokrasi, mempromosikan demokrasi, menjunjung pluralisme dan hak-hak minoritas, memperjuangkan keadilan gender, membela kebebasan berpikir, dan mengusung gagasan-gagasan kemajuan. Kristen Progresif juga sebuah proyek gagasan yang dikonstruksi dan ditransmisikan di ruang-ruang publik agama-agama di Indonesia. Ia merupakan tipologi –yang kendatipun masih debatable- untuk mengabstraksikan sebuah praksis baru partisipasi Kristen dalam jagat problematika konteks. Ia dimulai dari kesadaran dan penghayatan akan konteks bukan lagi sebagai realisme naïf namun tantangan baru menghadirkan peran Kristen yang kontekstual. Evaluasi (baca juga: dekonstruksi) yang terus-menerus atas bangunan berpikir lama pada hermeneutik, teologi, eklesiologi dan misiologi Kristen yang selama ini dekontekstual merupakan salah satu sumbangsih besar kekristenan di dunia ketiga untuk proyek Kristen kontekstual. Sudah merupakan kenyataan tak terbantahkan bahwa luka budaya dan religi telah turut disebarkan saat kekristenan hadir di wilayah-wilayah yang dimasukinya. Kekristenan lalu tak ubahnya sebuah ‘transplantasi Barat di dunia ketiga’ yang asing dan tidak mengakar di wilayah-wilayah itu. Secara genealogis, praksis Kristen ini mewakili sebuah cara pandang terhadap konteks yang konfrontatif (ketimbang konfirmatif) dan terhadap ‘yang lain’ (the other) secara explaining away. Akibatnya, konteks di mana ‘yang lain’ dijumpai dengan jagat pergulatannya tidak pernah mendapat tempat apalagi menjadi bagian dari penyusun identitas kekristenan. Jelas, pandangan ini adalah merupakan 'bunuh diri teologis'. Dalam nalar demikian Kristen Progresif merekomendasikan (baca juga: konstruksi) praksis baru hermeneutik, teologi, eklesiologi dan misiologi yang sadar akan konteks. Kesadaran akan konteks merupakan pertaruhan untuk kekristenan hadir dan terlibat dalam problematika konteks yang berhadapan dengan pluralisme agama-agama dan budaya, kemiskinan yang bertumpah ruah, penderitaan, ketidakadilan (termasuk ketidakadilan gender), dan kerusakan ekologi yang parah. Titik temu di antara komponen keragaman merupakan ‘ikatan keadaban’ (bond of civility) dalam membentuk sebuah ‘teologi pertetanggaan’ (neighbourly theology) dan 'toleransi ekumenik'. Salah satu komponen itu adalah titik temu di antara Islam dan Kristen. Di tataran wacana, Islam Progresif dan Kristen Progresif memiliki kesejalanan dalam tema-tema progresif untuk membangun konvergensi bahkan simbiosis kontekstual yang sehat. Kini, mobilisasi religius merupakan kesadaran baru masyarakat agama-agama untuk semakin merapat dan menjalin kerjasama atas apa yang dirasakan sebagai patologi konteks. Mobilisasi agama-agama inilah yang dimaksud oleh para pemikir Islam Progresif sebagai ‘kelompok kewargaan sekular’ (secular civic engagement) dan oleh pemikir Kristen Progresif sebagai ‘komunitas basis kemanusiaan’ (basic human communities) yang dipersatukan bukan oleh nilai-nilai primordial melainkan atas dasar nilai-nilai kemanusiaan, demokrasi, pluralisme dan kemerdekaan sipil. Semua nilai-nilai ini merupakan inspirasi yang di dapat dari agama-agama dan dibaktikan bagi pembentukan komunitas ekumenik. Di era globalisasi, berteologi kontekstual dari masing-masing tradisi religius ditantang untuk dimobilisasi dalam mengatasi globalisasi yang patologis. Di sinilah tantangan menghadirkan teologi publik agama-agama di Indonesia 'dalam kerja-kerja kolketif' menjadi sebuah proyek bersama. Seraya semakin disadari bahwa identitas yang membentuk setiap pribadi dan komunitas religius semakin hybrid dan plural (multiple belonging). Dalam hal inilah seharusnya pengarusutamaan (mainstreaming) dan desiminasi wacana tidak hanya sekadar retorika melainkan dilahirkan dalam praksis berteologi kontekstual. Karena teologi kontekstual adalah praktek beriman.

Item Type: Student paper (Thesis (S2))
Uncontrolled Keywords: Teologi konstektual, Islam, Kristen, Pasca-Orde baru
Subjects: B Filsafat. Psikologi. Agama > Agama
B Filsafat. Psikologi. Agama > Islam. Bahaisme. Teosofi, dll
B Filsafat. Psikologi. Agama > Kekristenan
J Ilmu Politik > Ilmu Politik (Umum)
Divisions: Fakultas Teologi > Magister Filsafat Keilahian
Depositing User: ms priska lim
Date Deposited: 15 Mar 2021 03:38
Last Modified: 15 Mar 2021 03:38
URI: http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/3576

Actions (login required)

View Item View Item