50140005, SADRAK SABAM HUTAURUK (2017) SEMANGAT MEMBANGUN GEDUNG GEREJA PADA JEMAAT HKBP (ANALISA TERHADAP SEMANGAT MEMBANGUN GEDUNG GEREJA DIPERHADAPKAN DENGAN TEOLOGI BANGUNAN GEREJA HKBP). Thesis (S2) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
Text (Tesis Ilmu Teologi)
50140005_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (637kB) |
|
Text (Tesis Ilmu Teologi)
50140005_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
Gedung gereja adalah adalah bagian yang penting bagi jemaat Kristen. Keberadaan sebuah gedung gereja bagi jemaat Batak tidak dapat dilihat hanya sebagai sekedar bangunan tempat beribadah dan tempat melakukan aktifitas keagamaan semata. Dalam sejarah gereja HKBP, bangunan gereja menjadi central dari kehidupan orang Kristen, di mana gedung gereja selalu terkait dengan pengembangan masyarakat dalam hal pendidikan, dan kesehatan. Peran yang besar gedung gereja dalam kehidupan jemaat Batak mula-mula memberikan tempat khusus dalam kehidupan sosial dan budaya jemaat Batak tersebut. Seorang pimpinan HKBP pada masa kepemimpinannya sudah memperhatikan fenomena semangat membangun gereja pada jemaat Batak pada tahun 1950-an, ia berpendapat bahwa kemanapun orang Batak merantau, merela akan selalu membawa gerejanya. Demikian pendapat dari Pdt. Justin Sihombing ketika menjabat sebagai Ephorus (1942-1962) karena melihat bagaimana gereja HKBP semakin menyebar di luar Silindung. Gereja gereja HKBP biasanya akan berdiri dimana terdapat sekumpulan orang Batak yang merantau di satu wilayah yang sama. Bahkan sampai pada saat ini, gedung-gedung gereja semakin banyak didirikan, bukan hanya mendirikannya saja tetapi juga perenovasian dan pengembangan. Dari sekian banyaknya gereja HKBP, tidak sedikit yang memiliki gedung gereja yang megah, gedung gereja yang menampung ribuan jemaat dan memiliki fasilitas yang baik. Sampai saat ini, perhatian jemaat untuk membangun (memperbaiki, memperlengkapi, merenovasi memperluas lahan) memperlihatkan bahwa pada jemaat-jemaat HKBP gedung gereja bukan sekedar bangunan biasa. Hal ini terlihat dari banyaknya jemaat-jemaat HKBP yang memiliki program pembangunan gedung gereja. Bukan hanya sekedar program saja, tetapi pelaksanaannya di gereja-gereja terlihat sangat meriah memperlihatkan semangat jemaat yang menggebu-gebu dalam membangun gedung gerejanya. Dengan bermacam metode dan cara pengumpulan dana, jemaat-jemaat mengumpulkan dana untuk menutupi biaya bangunan gereja mereka, yang tidak jarang “direncanakan” memakan biaya yang besar. Fenomena semangat membangun gereja ini tidak hanya terjadi di jemaat kota-kota besar, tetapi juga di semua bagian wilayah pelayanan HKBP. Sepertinya pembangunan gereja tidak terbatas pada kalangan jemaat dengan kemampuan ekonomi mapan saja. Gereja-gereja bersemangat untuk merenovasi dan mempermegah bangunannya (secara fisik dan fasilitas), dan tentunya atas swadaya jemaat dan persembahan jemaat. Biasanya tidak terlalu sulit untuk mengumpulkan dana dari jemaat secara keseluruhan maupun jemaat secara individual. Apakah yang menjadikan jemaat bersemangat dalam hal pembangunan gereja? Karena kenyataannya banyak gereja HKBP walaupun yang semakin menyusut bilangan jemaatnya tetapi tidak menyusutkan semangat membangunnya. Bahkan penyusuna program mencari dana pembangunan bisa menjadi salah satu perencanaan yang hampir lebih penting daripada program pesta gerejawi dan pelayanan kepada jemaat yang wajib dan harus dilakukan. Dilain pihak, jemaat juga antusias dalam mewujudkan program ini walaupun sebenarnya kapasitas gereja masih cukup menampung jemaat dalam setiap kebaktian, gereja masih layak pakai dan kekuatan keuangan gereja tidak/belum memadai. Karena itu pemahaman jemaat mengenai gedung gereja adalah hal yang menarik untuk di teliti, sehingga dapat disimpulkan “mengapa jemaat membangun gedung gerejanya” disamping dengan adanya masalah-masalah dan tantangan yang terjadi/akan terjadi di dalam prosesnya. bahwa jemaat memiliki pemahaman tersendiri mengenai gedung gereja, yang menjadi penyemangat dan pendorong bagi mereka untuk memperlakukan gedung itu berbeda dengan gedung lainnya. Gedung gereja memiliki fungsi yang lebih daripada sebuah bangunan tempat ibadah dalam pengalaman dan pemahaman jemaat sehingga pada gedung gereja telah dilekatkan simbol-simbol yang dihidupi bersama oleh jemaat, di mana pemahaman tersebut muncul dari pengalaman mereka yang bersentuhan dengan budaya juga. Karena itu penulis menelaah bagaimana pada gedung gereja HKBP telah hidup sebagai simbol bagi jemaat, dan di mana simbol ini menjadi faktor pendorong bagaimana jemaat bersikap dan memperlakukan gedung gereja secara khusus. Dalam hal semangat membangun gedung gereja pada jemaat HKBP dapat dilihat dari teori simbolisme oleh Dillingstone, dimana Gedung gereja menjadi wadah yang menghidupkan simbol-simbol yang muncul dari pengalaman dan pemahaman jemaat HKBP. Dillingstone menekankan manusia telah hidup bersama-sama dengan simbol dalam keseharian mereka dan itu membentuk cara manusia untuk secara instan menginterpretasi sebuah realitas sebagai simbol yang memiliki arti khusus yang disebut referen. Antara simbol dan referen akan selalu terjadi tarik-menarik dan saling mempengaruhi sehingga membangkitkan kegairahan dan daya tarik eksistensi manusia yang tak akan kunjung henti. Sampai saat ini simbol tetap hidup dalam keseharian manusia, baik itu dalam acara pernikahan, penyembelihan binatang, pemberian kado, proses memasak, semua berfungsi sebagai simbol. Semua itu berhubungan dengan struktur masyarakat yang menjadi panggungnya. Simbol juga hidup dalam gedung gereja seiring dengan peralihan makna “gereja” dari komunitas kepada bangunan ibadah. Terlebih dengan kejayaan Kaisar Konstantin yang memperkenalkan Gedung ibadah Kristen yang kemudian dikenal dengan “gereja” secara material. Simbol simbol yang hidup pada gedung yang megah dan mewah, seakan menghadirkan kerjaan Allah di dunia ini. Sampai pada saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa jemaat-jemaat HKBP memiliki pemahaman simbolis mengenai gedung gereja dipengaruhi oleh sejarah gedung gereja tersebut. Disamping sejarah yang mengarahkan pemahaman simbolis mengenai gedung gereja, jemaat juga memiliki pengalaman tersendiri yang menjadikan gedung gereja tersebut memiliki simbol menurut konteks jemaat tersebut. Hal inilah yang mendorong keberhasilan gereja membangun gedung gereja dan mengumpulkan dana pembangunan, dan tentunya memberikan metode pengumpulan dana yang tepat untuk menyalurkan pematerialan semangat jemaat memberikan persembahannya dengan dorongan simbol-simbol tertentu.
Item Type: | Student paper (Thesis (S2)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | SEMANGAT MEMBANGUN GEDUNG GEREJA, HKBP, BUDAYA BATAK, TEOLOGI BANGUNAN. |
Subjects: | B Filsafat. Psikologi. Agama > Kekristenan H Ilmu Sosial > Ilmu-ilmu Sosial (Umum) H Ilmu Sosial > Komunitas. Kelas. Ras |
Divisions: | Fakultas Teologi > Magister Filsafat Keilahian |
Depositing User: | Mr Brayen Samuel Paendong |
Date Deposited: | 23 Jun 2020 05:27 |
Last Modified: | 23 Jun 2020 05:27 |
URI: | http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/1945 |
Actions (login required)
View Item |