01120026, SIPRA MARIANA GUTANDJALA (2017) GPM BETHEL DOBO DALAM KANCAH REALITA DEMOKRASI DI INDONESIA (SEBUAH TINJAUAN TEOLOGIS ATAS SIKAP SERTA KETERLIBATAN JEMAAT GPM BETHEL DOBO DALAM MEMAKNAI DEMOKRASI MELALUI PROSES PILKADA BULAN DESEMBER 2015). Final Year Projects (S1) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
Text (Skripsi Teologi)
01120026_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (1MB) |
|
Text (Skripsi Teologi)
01120026_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (983kB) | Request a copy |
Abstract
Keterlibatan warga jemaat dalam aktivitas-aktivitas politik memang bukanlah hal baru dalam masyarakat. Jemaat GPM Bethel Dobo menunjukan rasa antusias serta kepekaan mereka terhadap persoalan politik melalui keterlibatan atau keikutsertaan mereka pada pilkada yang berlangsung bulan Desember 2015. Tentu maksud dan tujuan keterlibatan jemaat dalam proses ini tidak terbatas hanya untuk ikut meramaikan jalannya sebuah proses demokrasi saja, melainkan ada motivasi yang melatarbelakangi maksud setiap pribadi dalam jemaat yang yang memilih untuk terlibat. Misalnya saja ada yang memilih terlibat hanya untuk memperjuangkan keuntuntungan pribadi (menjual kesucian suaranya demi mendapat uang dari para kandidat yang mencalonkan diri), juga ada yang terlibat atas dasar sentimen suku, dengan prinsip orang di luar Aru (orang Cina) tidak mempunya hak untuk memimpin jalannya pemerintahan di Aru karena itu, masyarakat Aru sebagai pemilih tidak boleh memilih orang/suku dari luar Aru untuk memimpin pemerintahan di Aru. Atau tujuan lain yang dapat kita lihat dari peristiwa pilkada 2015 di Aru ialah orang memilih terlibat untuk memenangkan kandidat yang memiliki hubungan darah dengan si pemilih agar supaya si pemilih mengalami kenaikan pangkat atau jabatan dalam instansi pemerintahan tertentu, atau agar supaya bisnis si pemilih dalam dunia pemerintahan berjalan dengan lancar. Berbagai motivasi ini kemudian menimbulkan dilema baru, lalu jika jemaat GPM Bethel Dobo disibukkan dengan tujuan-tujuan semacam ini, lantas bagaimana dengan nasib kaum lemah, orang miskin dan kelompok minoritas yang mengalami diskriminasi dalam masyarakat? Jika proses demokrasi dijalani dan dimaknai seperti ini, lalu siapa yang akan memperjuangkan kepentingan orang banyak termasuk orang miskin dan mereka yang termarginal secara sosial dalam masyarakat? Nilai-nilai Kristiani yang senantiasa diajarkan entah melalui khotbah atau pengajaran-pengajaran tentu tentu tidak mendukung terjadinya praktek-praktek atau tindakan-tindakan semacam ini. Karenanya tiga poin penting teologi Kristen yang digagas oleh Nelson sebetulnya ada untuk meluruskan pandangan jemaat serta berusaha mendamaikan dilema demokrasi yang ada. Tiga poin penting itu yakni kekuasaan, koinonia dan manusia. Bahwa terkait pemahaman akan relasi kekuasaan dengan demokrasi, baik jemaat sebagai pemilih maupun kandidat yang mencalonkan diri sebagai calon pemimpin tidak bisa secara bebas menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk menentukan pilihan seseorang atau membeli suara hati seseorang atau memaksa orang lain untuk mengikuti kemauan pribadi orang yang memiliki kuasa tersebut. Manusia yang dikarunai akal budi mesti memanusiakan kekuasaan yang ada padanya. Sebab kekuasaan sendiri adalah anugerah atau titipan dari Tuhan kepada manusia. Oleh karenanya kekuasaan tidak seharusnya dipakai untuk menindas orang lain atau menguasai hak orang lain melainkan kekuasaan mesti dipakai untuk melayani orang lemah, memperjuangkan kepentingan banyak orang dan menghargai suara hati serta keputusan orang lain. Kemudian poin kedua yakni koinonia. Jika proses demokrasi dipahami hanya sebagai momen untuk memperjuangkan kepentingan pribadi diatas kepentingan umum maka agaknya jemaat sedang keliru dalam memahami makna koinonia dalam rana penerapan yang lebih luas. Koinonia sendiri menekankan tentang persekutuan, kebersamaan, kekeluargaan. Karena itu keterlibatan jemaat GPM Bethel Dobo pada proses demokrasi Desember yang lalu mestinya memperjuangkan koinonia dalam rana yang luas. Kesadaran untuk mengutamakan kepentingan banyak orang diatas kepentingan pribadi serta kesediaan untuk memperjuangkan hak-hak orang lemah dan menghargai hak-hak individu dalam kebersamaan itu adalah sebuah wujud nyata dari penerapan koinonia dalam lingkup masyarakat. Inilah yang mesti dipahami oleh jemaat GPM Bethel Dobo. Kemudian poin terakhir ialah pemahaman akan relasi demokrasi dan manusia. Bagian ini mengajarkan kita untuk berlaku layaknya manusia kepada sesama manusia. Sebab seringkali dalam praktek, hal yang sederhana ini justru tidak dipahami dengan baik. Sesama sering kita pahami hanya sebatas orang yang sekeyakinan dengan kita atau sesuku dengan kita saja. Sedangkan yang tidak sesuku atau sekeyakinan dengan kita, bukanlah sesama kita, apalagi musuh. Dengan demikian kontekstualisasi dari teologi Kristen terhadap persoalan demokrasi yang terjadi di tengah masyarakat selain untuk meluruskan pemahaman jemaat yang keliru dalam memahami makna kehadiran mereka di panggung demokrasi, teologi Kristen/nilai-nilai Kristen ini juga penting dalam membentuk karakter Kristen yang dewasa dalam menjawab kompleksitas persoalan baik persoalan sosial maupun politik yang terjadi di tengah jemaat dan masyarakat.
Item Type: | Student paper (Final Year Projects (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Jemaat GPM Bethel Dobo, Demokrasi, Manusia, Koinonia, Kuasa, Kontekstualisasi Teologi Kristen. |
Subjects: | B Filsafat. Psikologi. Agama > Agama |
Divisions: | Fakultas Teologi > Filsafat Keilahian |
Depositing User: | ms anggel dolonseda |
Date Deposited: | 18 Jun 2020 01:17 |
Last Modified: | 18 Jun 2020 01:17 |
URI: | http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/1837 |
Actions (login required)
View Item |