PUSAT PELAYANAN TERAPI DAN PELATIHAN DOWN SYNDROME DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

61140091, Zefanya Nathania Putri (2019) PUSAT PELAYANAN TERAPI DAN PELATIHAN DOWN SYNDROME DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Final Year Projects (S1) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.

[img] Text (Skripsi Arsitektur)
61140091_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf

Download (31MB)
[img] Text (Skripsi Arsitektur)
61140091_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf
Restricted to Registered users only

Download (68MB) | Request a copy

Abstract

Penyandang disabilitas seringkali disebut orang cacat yang dianggap tidak produktif, tidak mampu menjalankan hak dan kewajibannya sehingga tak jarang hak-haknya pun diabaikan. Padahal , penyandang disabilitas juga memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang setara dengan masyarakat lainnya. Dengan total 24.438 penyandang disabilitas tersebar di seluruh D.I. Yogyakarta, cacat mental merupakan jenis disabilitas dengan angka tertinggi, yakni 9.588 jiwa (Statistik, 2017). Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1997 Pasal 1 Ayat 1 tentang Penyandang Cacat, yang termasuk dalam penyandang cacat mental adalah tuna grahita (keterbelakangan mental), tuna laras (mengalami gangguan emosi dan sosial), autis (mengalami gangguan interaksi, komunikasi, dan perilaku yang berulang-ulang dan terbatas). Karena kondisi yang mereka alami, mereka sering mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya, terutama bagi penyandang tuna grahita. Seorang tuna grahita umumnya memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata dengan jumlah IQ 70. Karenanya, mereka kesulitan dalam hal akademis maupun non-akademis, komunikasi dan solusinya sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan dan terapi khusus. Biasanya, jenis hambatan ini sering disebut dengan down syndrom. Banyak down syndrom yang mengalami kesulitan untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan karena dianggap tidak aksesibel. Aksesibel disini diartikan bahwa penderita down syndrom dengan keterbatasan intelektualnya dianggap tidak mampu mengikuti proses belajar yang ada di perguruan tinggi. Di sisi lain jika harus bekerja, tidak banyak perusahaan atau lapangan kerja yang dapat menerima penderita down syndrom dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku di Daerah Istimewa Yogyakarta ini diharapkan dapat menjadi bangunan yang aksesibel untuk bisa menjawab kebutuhan penyandang down syndrom, sehingga mereka bisa menjadi manusia yang mandiri, produktif dan bisa mendapatkan pekerjaan, khususnya bagi penyandang down syndrom di daerah DIY dan Jawa Tengah.

Item Type: Student paper (Final Year Projects (S1))
Uncontrolled Keywords: Terapi, Pelatihan, Down Syndrom, Perilaku, Aksesibel
Subjects: H Ilmu Sosial > Patologi Sosial. Kesejahteraan Sosial dan Publik
L Pendidikan > Pendidikan (Umum)
N Seni Rupa > Arsitektur
Divisions: Fakultas Arsitektur dan Desain > Prodi Arsitektur
Depositing User: Mr Brayen Samuel Paendong
Date Deposited: 10 Sep 2020 02:04
Last Modified: 14 Jun 2021 01:49
URI: http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/1807

Actions (login required)

View Item View Item