50150002, HENDRA PUTRA PURBA (2018) GEREJA DAN RUANG PUBLIK : TINJAUAN TEOLOGIS ATAS KIPRAH HKBP DALAM RUANG PUBLIK BERDASARKAN PEMIKIRAN MAX LYNN STACKHOUSE. Thesis (S2) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
Text (Tesis Ilmu Teologi)
50150002_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (853kB) |
|
Text (Tesis Ilmu Teologi)
50150002_bab2-sd-bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (889kB) | Request a copy |
Abstract
Menggunakan metode kualitatif dengan riset kepustakaan, penulis berupaya menjawab permasalahan dalam penelitian pada tesis ini. Permasalahan tersebut terkait dengan kiprah HKBP dalam ruang publik dan keniscayaan untuk membangun teologi publik. HKBP ikut membangun masyarakat. Ruang publik yang tidak hegemonik merupakan lahan subur bagi perkembangan masyarakat yang komunikatif. Masyarakat warga (civil society) yang seperti itu merupakan habitat demokrasi. Teologi publik mengandaikan adanya demokrasi yang operasional serta dipertahankan dalam kehidupan sosial. Untuk itu, kedaulatan rakyat merupakan prasyarat yang mutlak. Disamping itu Stackhouse juga menekankan teologi perjanjian dan prihatin dengan masalah-masalah globalisasi. Sebagai gereja HKBP meniscayakan kiprahnya dalam ruang publik. Menegakkan dan membiasakan hidup demokratis (dimulai) dalam hidup keluarga dan institusi agama. Mengedepankan keterbukaan dan sinergitas. Antar umat beragama hidup dalam semangat komunitas dan deliberatif. Dalam hidup berkomunitas tidak ada agenda terselubung/tersembunyi. Semua transparan dibicarakan dan disikapi. Semua pihak saling berkontribusi bagi kebaikan masyarakat. Hidup bersama mengandung teologi, yaitu ‘doing theology’, berteologi dengan berbuat. Menurut Thiemann, teologi juga merupakan aktivitas. Teologi sebagai aktivitas komunal dan aktivitas publik.Dengan teori ‘quadrilateral’ - yang dieksplorasi Stackhouse dalam teologi publik - upaya berteologi dalam konteks Indonesia pada masa kini menjadi lebih hidup dan mengaliratau tidakkaku. Unsur akal-budi dan pengalaman dari teologi Weslyan itu menuntun para teolog dan orang-orang yang berteologi menjadi lebih terbuka mendengar dan belajar tentang keprihatinan teologis dari siapa saja. Itu artinya, menjadi lebih rendah hati. Akal-budi memungkinkan teologi bereksplorasi dan pengalaman akan terus berkembang, selalu muncul masalah yang baru tetapi juga berbarengan dengan itu muncul pula horizon yang baru. Pengertian istilah “teologi publik” sifatnya mengalir, tidak ada kesepakatan para ahli memberikan pengertian yang tunggal. Itu artinya, teologi publik tidak hanya teologi para teolog (akademis). Teologi publik juga merupakan teologi orang publik umumnya, misalnya selibriti. Mereka juga berteologi kendatipun tidak sama dengan cara para akademisi berteologi. Tanggung jawab sosial, suara dan kehadiran gereja, menurut Max Stackhouse, bukan tanpa kelemahan sebab warga gereja bukanlah orang-orang tanpa dosa, tetapi manusia berdosa itulah yang sekaligus dibenarkan-Nya. Itu ia tandaskan berdasarkan bahasa teologis reformator gereja: simul justus et peccator. Jadi, dalam pemikirannya Stackhouse bisa menerima kenyataan bahwa orang-orang berdosa itulah yang berkontribusi dalam ruang publik bagi kebaikan publik (public good) dalam konteks Indonesia pada masa kini. Namun gereja tidak sekadar bersuara tetapi berkiprah dengan super-ethos, dengan keprihatinan, kepedulian dan tanggung jawab yang besar. Gereja mengembangkan kehidupan dalam perspektif komunitas sebagai bagian dari economic life. Gereja ikut mengatur dan menuntun kehidupan ke arah yang lebih baik. Pada komunitas majemuk jelas tidak selalu mudah untuk menerapkan apa yang ideal, namun hidup berkomunitas itu sendiri meniscayakan etik sosial dan pengembangan masyarakat yang komunikatif. Dalam ruang publik pendapat agama perlu diperhitungkan dan bukan diabaikan. Namun, kekayaan doctrinal dan Scriptural itu harus diterjemahkan secara rasional dan lalu dikaitkan dengan etik global. Kenyataan hidup pada abad ke-21 ini meniscayakan gereja menjalankan etik global: Kesepakatan dan komitmen bersama umat semua agama untuk menegaskan bahwa kehidupan di planet bumi ini adalah tanggung jawab bersama. Kerja sama antar bangsa merupakan suatu keharusan dewasa ini sebab masalah-masalah globalisasi sungguh merambah secara masif. Perbedaan apa pun harus dirajut indah demi masa depan peradaban. Korupsi, kemiskinan yang parah, korban miras, kekerasan/ terorisme - sebenarnya masih banyak lagi dan itu terjadi di belahan bumi mana pun. Jadi, pada intinya membangun teologi publik yang yang akan dipraktekkan yang terkait erat dengan etik global merupakan keniscayaan bagi HKBP. Dengan demikian pada akhirnya permasalahan yang dijabarkan pada bab I tesis ini diupayakan - bersama Stackhouse dan HKBP - telah terjawab.
Item Type: | Student paper (Thesis (S2)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Teologi Publik, Ruang Publik, Deliberasi, Economic Life, Konteks Indonesia, Public Good, Problem Globalisasi, Etik Global. |
Subjects: | B Filsafat. Psikologi. Agama > Filsafat (Umum) B Filsafat. Psikologi. Agama > Teologi Doktrinal B Filsafat. Psikologi. Agama > Teologi Praktis |
Divisions: | Fakultas Teologi > Magister Filsafat Keilahian |
Depositing User: | ms Dominggas Yembise |
Date Deposited: | 06 Jul 2020 00:58 |
Last Modified: | 06 Jul 2020 00:58 |
URI: | http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/1344 |
Actions (login required)
View Item |