01140030, Jan Peniel Kembaren (2022) MENJADIKAN MUSIK TRADISIONAL KARO MENJADI MUSIK LITURGI DI GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) RUNGGUNG DAULU KUTA. Final Year Projects (S1) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
Text (Skripsi Filsafat Keilahian)
01140030_bab1_bab5_daftar pustaka.pdf Download (2MB) |
|
Text (Skripsi Filsafat Keilahian)
01140030_bab2 s.d bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (11MB) | Request a copy |
Abstract
Inkulturasi, sebuah perpaduan antara kedua budaya yang menciptakan budaya baru tanpa menghilangkan esensi budaya lama. Seperti kebudayaan dan agama yang tradisional serta modern di satu pihak yang menjadikan hal penting untuk menciptakan hal baru melalui konteksnya. Contohnya, dalam musik Gereja yang bercorak kesukuan yang memiliki tata Gereja dipadukan dengan unsur kebudayaan musik tradisional dengan tidak menghilangkan esensi tata Gereja. Perpaduan ini menciptakan suatu bentuk musikalisasi iringan yang berbeda daripada sebelumnya. Seperti yang diketahui bahwa musik Gereja musik yang dipakai dalam peribadahan Gereja atau musik khusus dari umat sebagai suatu persekutuan dari Gereja. Musik Gereja secara umum sebagai bagian dari musik liturgi dan musik rohani. Dalam ibadah, musik Gereja tentunya berguna untuk memuliakan nama Allah dan juga menguduskan anggota jemaat. Musik menjadi satu bagian yang penting dalam proses ritual religi, seiring berkembangnya zaman, musik akan mengalami transformasi bentuk, hal ini terlihat dalam perkembangan musik Gerejawi dimulai dari abad pertengahan, ke zaman abad pembaharuan (renaissance). Sehingga di masa sekarang terjadilah musik inkulturasi dalam musik Gereja terkhusus pada Gereja yang bercorak kesukuan. Calvinis adalah aliran ajaran di GBKP. Aliran Calvinis pada dasarnya adalah peribadahan Gereja adalah mengedepankan keheningan/tenang. Tapi pada zaman sekarang yang sudah bertransformasi kedalam bentuk musik yang lebih kreatif, yaitu musik orchestra, ansamble, brass section, string section, band, bid band serta musik tradisional suku Karo mulai masuk menjadi ke dalam ibadah liturgi Gereja yang menjadi iringan nyanyian dalam ibadah liturgi di GBKP. Inilah bentuk transformasi musik Gereja yang ada di Gereja Batak Karo Protestan pada masa sekarang. Penerapan inkulturasi dalam ibadah Minggu Advent II di GBKP Runggun Daulu Kuta ini berpengaruh pada bentuk musikalisasi iringan nyanyian liturgi, melodi lagu, pentatonik, menggunakan idiom melodi tradisional suku Karo serta berkolaborasi dengan musik modern (Keyboard). Pada saat awal injil masuk ke masyarakat suku Karo yang dibawakan oleh misionaris Eropa, iman hanya berpusat pada Alkitab. Harapan para misionaris kepada masyarakat suku Karo meninggalkan segala kebiasaan seperti pemujaan kepada leluhur, mantra gaib, tari-tarian, nyanyian dan juga alat musik tradisional. Karena anggapan misionaris musik tradisional adalah hujatan kepada Allah, seperti instrumen gendang, gong, sarunei dan semua yang berkaitan dengan penyembahan melalui budaya, dikaitkan dengan sumber kekuatan gaib. Tetapi musik tradisional bagi masyarakat suku Karo adalah sesuatu agama. Sehingga musik tradisional suku Karo dapat juga difungsikan kegunaannya sebagaimana bentuknya pada konteks ibadah liturgi Gereja, tanpa menghilangkan makna dan esensi ibadah liturgi Gereja. Inilah yang menjadi dasar untuk meneliti bagaimana perkembangan musik tradisional suku Karo pada liturgi ibadah GBKP, melalui proses inkulturasi, apa dampak perubahan makna dan bentuk dalam musik ibadah liturgi di GBKP.
Item Type: | Student paper (Final Year Projects (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Inkulturasi, Musik, Musik tradisional, Musik liturgi, Bahasa Indonesia |
Subjects: | B Filsafat. Psikologi. Agama > Teologi Praktis M Musik dan Buku tentang Musik > Musik |
Divisions: | Fakultas Teologi > Filsafat Keilahian |
Depositing User: | Musti Kuardayani, A. Ma. Pust., ST |
Date Deposited: | 22 Apr 2022 04:19 |
Last Modified: | 22 Apr 2022 04:19 |
URI: | http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/6749 |
Actions (login required)
View Item |