FILOSOFI SABILULUNGAN DALAM KONTEKS PEMBANGUNAN JEMAAT DI GKP LEMBANG

51140013, Agus Paulus Husen (2019) FILOSOFI SABILULUNGAN DALAM KONTEKS PEMBANGUNAN JEMAAT DI GKP LEMBANG. Masters thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.

	Text (Tesis Kahian Konflik dan Perdamaian) 51140013_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (860kB)
	Text (Tesis Kahian Konflik dan Perdamaian) 51140013_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (955kB) | Request a copy

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi adanya dinamika yang terjadi karena interaksi jemaat dalam keberagaman latar belakang budaya, dan peran yang ada di dalam kegiatan pelayanan di Jemaat GKP Lembang. Kesadaran bahwa keberagaman budaya, keterlibatan peran seluruh jemaat yang memiliki banyak potensi merupakan kekuatan dan peluang yang dapat dikembangkan dalam pembangunan jemaat, dan dengan dasar filosofi sabilulungan, penulis mendasari aktifitas pembangunan jemaat yang sesuai juga dengan beberapa teori pembangunan jemaat antara lain melalui pendekatan Appreciative Inquiry, diharapkan dalam menjadi solusi dalam pemecahan masalah tersebut. Makna sabilulungan yang merupakan nilai budaya Sunda yang dibaca dalam perspektif Appreciative Inquiry diharapkan dapat berkontribusi dalam pembangunan jemaat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman jemaat tentang filosofi sabilulungan yang lahir dari konsep tritangtu, mengetahui pemahaman jemaat tentang arti dan makna filosofi sabilulungan dalam konteks kehidupan sehari-hari dan dalam perjumpaannya dengan gereja, dan untuk mengetahui apakah ketika filosofi sabilulungan yang dibaca dalam perspektif Appreciative Inquiry dapat memberi konstribusi untuk pembangunan jemaat di GKP Lembang. Penelitian ini metode penelitian lapangan. Melalui pengamatan serta (partisipasi), wawancara dan studi dokumentasi. Partisipan penelitian adalah jemaat GKP Lembang. Analisis kualitatif menggunakan analisis konten meliputi identifikasi, pengkodean, kategorisasi dan sintesis. Tahap akhir mengintegrasikan hasil wawancana, studi dokumentasi dan analisis kualitatif dengan pendekatan Appreciative Inquiry. Secara sederhana “sabilulungan”, oleh jemaat dipahami sebagai sebuah ungkapan yang menggambarkan dan memiliki makna gotongroyong. Gotongroyong sebagai sebuah semangat kebersamaan dalam mewujudkan kehidupan yang harmonis diantara satu dengan yang lainnya untuk mewujudkan sebuah tujuan baik bersama. Umumnya jemaat memang masih belum memahami keterkaitan antara sabilulungan dan tritangtu (misalnya; silih asih, silih asah, silih asuh). Bahkan apa yang dimaksudkan dengan konsep tritangtu sebagai sebuah pola pikir dan pola hidup yang dijiwai oleh suku sunda semua partisipan baru mendengarnya. “Sabilulungan” sebagai sebuah falsafah hidup, lahir dari sebuah proses perubahan dan pergeseran dalam masyarakat sunda. Yakni yang tadinya memiliki ciri hidup sebagai peladang mengalami pergeseran menjadi pesawah, namun pola pikir tritangtu tetap menjiwai dan mendasari kehidupan masyarakat sunda modern. Perubahan itu nyata dalam falsafah “silih asih, silih asah, silih asuh” yang menjadi nilai hidup orang sunda dalam kaitan relasi dan interaksinya baik dengan sesamanya, lingkungannya maupun dengan Tuhannya yang terwujud dalam “sabilulungan”. Pada intinya warga jemaat GKP Lembang, yang diwakili oleh para partisipan dalam penelitian ini melihat bahwa nilai sabilulungan sangat mendukung untuk menjadi nilai dalam mewujudkan upaya pembangunan jemaat. Semangat kebersamaan, partisipasi aktif dari setiap bagian yang merupakan spirit sabilulungan selaras dengan nilai-nilai dan semangat pembangunan jemaat (kebersamaan dan partisipasi aktif semua pihak) dan juga selaras dengan firman Tuhan.

Actions (login required)

View Item