MENJADI GEREJA YANG MENGENANG: REFLEKSI EKLESIOLOGIS ATAS PENGALAMAN KEDUKAAN KARENA PERISTIWA KEMATIAN

01130010, KARSTEN ANYNDIA PUTRI KASIH (2018) MENJADI GEREJA YANG MENGENANG: REFLEKSI EKLESIOLOGIS ATAS PENGALAMAN KEDUKAAN KARENA PERISTIWA KEMATIAN. Bachelor thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.

	Text (Skripsi Teologi) 01130010_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (710kB)
	Text (Skripsi Teologi) 01130010_bab2-sd-bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (686kB) | Request a copy

Abstract

Pengalaman ditinggalkan mati oleh orang yang dikasihi pasti menyisakan duka. Namun, yang menjadi permasalahan, yakni ketika kedukaan yang dialami dibiarkan berlarut dan mempengaruhi keseimbangan hidup orang yang berduka. Kedukaan menjadi berlarut karena terdapat kecenderungan manusia untuk mengingkari realita. Orang yang berduka lebih memilih untuk melupakan, menganggap sesuatu yang terjadi padanya, yakni peristiwa kematian, sebagai sesuatu yang tidak ada, daripada mengingat peristiwa tersebut karena hanya akan menambah rasa sakit yang dialaminya. Padahal manusia adalah makhluk historis yang diminta untuk mempertanggungjawabkan kehidupan yang tengah dijalani demi masa depan yang lebih baik dari hari kemarin. Karena itu, seseorang perlu beranjak dari kedukaan, tidak terpaku pada masa lalu, yaitu dengan jalan menghadirkan masa lalu di masa kini untuk dimaknai kembali demi masa depan atau yang dipahami sebagai mengenang. Baik kedukaan maupun mengenang sama-sama berkaitan dengan ketiga unsur waktu, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa depan. Itu sebabnya, kenangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengelola kedukaan. Gereja sebagai tempat yang sangat kental dengan tindakan pengenangan memiliki andil untuk membantu anggotanya mengelola kedukaan sebagai kekuatan untuk melanjutkan kehidupan. Tidak lain dengan cara ikut menghidupi kenangan terkait dengan pengalaman kedukaan anggotanya.

Actions (login required)

View Item