NIKAH SIRRI MENURUT PERSPEKTIF PEREMPUAN AISYIYAH MUHAMMADIYAH

01082212, NARULITA PUJI ASTUTI (2011) NIKAH SIRRI MENURUT PERSPEKTIF PEREMPUAN AISYIYAH MUHAMMADIYAH. Final Year Projects (S1) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.

	Text (Skripsi Teologi) 01082212_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (1MB)
	Text (Skripsi Teologi) 01082212_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Pengertian nikah sirri sebagai pernikahan yang sudah dianggap sah secara agama, namun tidak dicatatkan secara hukum negara, merupakan masalah yang timbul setelah negara mengatur Undang-Undang tentang perkawinan. Keinginan pemerintah untuk memberikan fatwa hukum yang tegas terhadap pernikahan sirri, kini telah dituangkan dalam rancangan undang-undang tentang perkawinan. Draft RUU yang sudah masuk Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2009 mencantumkan pasal nikah sirri. Pasal 143 di dalam Rancangan Undang - Undang yang hanya diberlakukan untuk pemeluk agama Islam ini menyatakan, setiap orang yang dengan sengaja melangsungkan perkawinan tidak di hadapan Pejabat Pencatatan Nikah akan dipidana dengan ancaman hukuman bervariasi. Yakni, dari enam (6) bulan hingga tiga (3) tahun dan denda mulai dari Rp 6 juta hingga Rp12 juta. Aisyiyah selaku organisasi perempuan Muhammadiyah menanggapi permasalahan tersebut dari sudut pandang mereka sebagai perempuan. Indikasi adanya tindakan pelecehan yang dilakukan terhadap para isteri yang dinikahi secara sirri oleh suami yang kemudian ‘mangkir’ dari tanggung jawabnya merupakan sesuatu yang memprihatinkan dan harus dicegah supaya tidak terjadi lagi. Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah telah mengeluarkan fatwa pada tahun 2007, sebelum masalah ini dibahas di dalam PROLEGNAS 2009. Dan Aisyiyah tentunya mendukung program sosialisasi yang harus dilakukan demi upaya untuk mengurangi tindakan pelecehan terhadap perempuan.

Actions (login required)

View Item