01052044, BARMEN BREVIS LUMBANTORUAN (2011) PERKUNJUNGAN DI GKI SERPONG PERSPEKTIF TEORI JAN HENDRIKS. Final Year Projects (S1) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
Text (Skripsi Teologi)
01052044_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (2MB) |
|
Text (Skripsi Teologi)
01052044_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (593kB) | Request a copy |
Abstract
Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk mencari pekerjaan di perkotaan. Jumlah penduduk di perkotaan pun semakin meningkat hingga menimbulkan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk ini menimbulkan berbagai masalah yang sangat memprihatinkan seperti pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, lingkungan hidup dan kesehatan semakin merosot, kesempatan kerja yang tidak seimbang, angka pengangguran yang tinggi, angka kemiskinan yang semakin meningkat hingga tingkat kriminal yang tinggi. Kehidupan perkotaan yang kompeks ini tentunya membawa banyak dampak terhadap kehidupan masyarakatnya yaitu pola pikir, gaya hidup dan perilaku. Permasalahan di perkotaan ini tentunya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan gereja. Gereja sebagai tempat persekutuan orang-orang Kristen merupakan bagian dari masyarakat perkotaan yang ikut berinteraksi dalam berbagai kegiatan dan pekerjaan di perkotaan. Berjuang menjalani kehidupan dan kesibukan kerja yang setiap hari dijalani orang-orang Kristen di perkotaan terkadang membuat mereka meninggalkan kehidupan persekutuannya di gereja, hingga meninggalkan iman kristennya karena merasa iman Kristen tidak mampu menjawab persoalan hidupnya.1 Oleh karena itulah gereja sebagai persekutuan dari keluarga Kristen tidak bisa melepaskan anggota jemaatnya dengan begitu saja. Gereja dan keluarga sangat erat hubungannya dalam menciptakan gereja yang bertumbuh. Keluarga kristiani merupakan dasar dari bertumbuhnya dan berkembangnnya gereja. Sebab, pertumbuhan gereja tidak dapat dilepaskan dari pribadi masing-masing anggota gereja yang hidup, dibesarkan serta dididik di tengah-tengah keluarga. Dapat dikatakan bahwa jika keluarga Kristen rusak maka gereja juga turut menjadi tidak sehat. Seperti yang dikatakan Hoijdonk bahwa gereja merupakan sebuah sistem terbuka yang mengalami interaksi dengan konteks gerejawi, konteks kemasyarakatan dan konteks pribadi. Gereja sebagai sistem terbuka berarti bahwa konteks mempengaruhi gereja dan begitu pula gereja mempengaruhi konteks dalam pelaksanaan tujuannya yaitu sebagai jemaat beriman.2 Tekanan-tekanan baru yang muncul dari kehidupan sosial dan ekonomi dapat menghalang-halangi kehidupan orang Kristen yang dipersatukan dalam sebuah keluarga. Keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak merupakan bagian dari masyarakat yang sangat berpengaruh dalam membina anggota keluarga dalam hal pendidikan dan kehidupan moral. Pembinaan ini penting bagi anggota keluarga agar dapat menjalani kehidupannya di perkotaan tanpa harus meninggalkan iman kristennya. Keluarga adalah sel vital yang paling kecil dari masyarakat tempat cita-cita, toleransi, prasangka serta kebencian ditularkan. Keluargalah yang mempunyai pengaruh paling kuat pada tingkah laku dan pemberian model-model (contoh) yang paling baik.3 Beban berat yang dituntut oleh kehidupan modern pada keluarga-keluarga saat ini adalah permasalahan yang harus disikapi oleh gereja sebagai bagian dari tugas dan panggilan gereja dalam melayani keluarga-keluarga Kristen yang merupakan jemaatnya. Kepedulian itu diwujudkan oleh gereja di perkotaan terhadap keluarga-keluarga Kristen dalam berbagai pelayanan berupa ibadah, kegiatan gereja hingga melakukan perkunjungan. Perkunjungan yang dilakukan oleh gereja dapat berfungsi positif dalam menghadapi permasalahan anggota jemaat. Seperti yang dikatakan oleh Dr. Bons-Storm bahwa perkunjungan dapat menolong sesama anggota jemaat mengatasi situasi sulit dan berusaha untuk saling tolong-menolong dalam praktek mengikut Kristus.4 Perkunjungan berusaha untuk lebih mengenal anggota jemaat yang dipersatukan dalam keluarga agar dapat merasakan perhatian yang sungguh-sungguh dari gereja sebagai tempat persekutuan mereka. Adanya kepedulian yang sungguh-sungguh dari gereja dapat membuat anggota jemaat merasa dihargai sebagai individu. Jan Hendriks, mengutip pendapat Heitink mengatakan bahwa perkunjungan terhadap anggota jemaat harus dilakukan dengan menghargai kehidupan sehari-hari anggota jemaat, hidup mereka sehari-hari, kesenangan mereka, penderitaan mereka, harapan mereka, kemarahan mereka, relasi dan kesepian mereka.5 Dengan melihat situasi dan permasalahan yang kompleks di perkotaan maka perkunjungan dapat berfungsi positif terhadap anggota jemaat yang dikunjungi dan juga yang mengunjungi sebagai bagian masyarakat perkotaan. Dalam teori lima faktor Jan Hendriks, perkunjungan yang dilakukan oleh gereja bernilai besar bagi pembangunan jemaat karena anggota jemaat membutuhkan struktur komunikasi yang baik. Dalam mewujudkan perkunjungan yang hidup, relasi antar pengunjung dan yang dikunjungi diwujudkan dalam iklim yang positif, mendengarkan dan menghargai merupakan kepemimpinan yang melayani dan memberdayakan. Adanya pengaruh setiap anggota untuk menentukan kebijakan dalam kelompok dan juga mengerti akan cara-cara melakukan perkunjungan yang merupakan tujuan dan tugas perkunjungan, adanya relasi dan komunikasi yang baik antar sesama anggota perkunjungan, pengurus kelompok dan majelis merupakan struktur untuk mewujudkan perkunjungan yang hidup, kemudian kelompok harus mengerti akan keberadaan dan misi mereka dalam kelompok perkunjungan yang disebut dengan identitas perkunjungan. Di dalam perkunjungan, anggota jemaat yang diberi tempat sentral dapat membicarakan pengalamannya dengan gereja, memberikan pandangannya mengenai pelayanan gereja dan dapat berbicara tentang iman dalam suasana pribadi. Dengan adanya perkunjungan yang hidup melalui komunikasi yang baik dapat meningkatkan partisipasi anggota jemaat dalam kegiatan-kegiatan gerejawi. Seperti yang dikatakan Jan Hendriks bahwa perkunjungan bagi anggota jemaat berpengaruh positif atau berefek baik terhadap vitalitas jemaat.6 Gereja Kristen Indonesia Serpong (GKI Serpong) sebagai bagian dari gereja di perkotaan juga menunjukkan kepedulian itu melalui perkunjungan bagi keluarga-keluarga anggota jemaatnya. Dalam pelaksanaannya, GKI Serpong memiliki tiga kelompok perkunjungan selain perkunjungan khusus yang dilakukan oleh pemimpin (pendeta dan majelis) gereja. Perkunjungan yang dilakukan oleh GKI Serpong merupakan perkunjungan yang dilakukan secara intens dan terjadwal setiap minggunya.7 Sasaran dari perkunjungan ini adalah anggota jemaat yang berada di rumahnya masing-masing maupun ditempat lain seperti rumah sakit. Perkunjungan rutin yang dilakukan setiap minggu menunjukkan adanya kepedulian gereja terhadap anggota jemaatnya. Hal inilah yang ingin dilihat oleh penyusun dari perkunjungan anggota jemaat yang ada di GKI Serpong.
Item Type: | Student paper (Final Year Projects (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Perkunjungan, Diakonia, Teologi praktis |
Subjects: | B Filsafat. Psikologi. Agama > Kekristenan B Filsafat. Psikologi. Agama > Teologi Praktis |
Divisions: | Fakultas Teologi > Filsafat Keilahian |
Depositing User: | Ms Lea Destiany |
Date Deposited: | 24 May 2021 02:12 |
Last Modified: | 24 May 2021 02:12 |
URI: | http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/4738 |
Actions (login required)
View Item |