RELASI PEREMPUAN DAN TANAH DALAM PERSPEKTIF PEREMPUAN KORBAN LUMPUR LAPINDO DI DESA BESUKI, KECAMATAN JABON, SIDOARJO : SEBUAH REFLEKSI TEOLOGI

01052020, DEFRITA RUFIKASARI (2011) RELASI PEREMPUAN DAN TANAH DALAM PERSPEKTIF PEREMPUAN KORBAN LUMPUR LAPINDO DI DESA BESUKI, KECAMATAN JABON, SIDOARJO : SEBUAH REFLEKSI TEOLOGI. Final Year Projects (S1) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.

	Text (Skripsi Teologi) 01052020_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (537kB)
	Text (Skripsi Teologi) 01052020_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (440kB) | Request a copy

Abstract

Sejarah pergulatan manusia dengan tanah adalah sejarah yang panjang dan penuh dengan kisah. Manusia yang dicipta dari tanah memiliki tanggungjawab untuk memelihara tanah demi keutuhan semua ciptaan. Namun dalam perjalanan relasi manusia dengan tanah, tanah seringkali hanya dianggap sebagai obyek semata. Tidak hanya tanah, namun dalam perkembangannya perempuan yang memiliki relasi dengan tanah menjadi korban dominasi logika patriarki yang dianut baik lelaki maupun perempuan. Hal tersebut nyata terang dalam kisah hidup para perempuan di Desa Besuki, Jabon, Sidoarjo yang dipotret oleh penulis di dalam skripsi ini. Para perempuan di desa Besuki, Jabon, Sidoarjo yang sehari-hari bekerja di sawah, berhubungan dengan tanah kini menderita ketika PT. Lapindo Brantas mengabaikan sistem keamanan pengeboran minyak dan gas bumi demi keuntungan semata namun menuai lumpur yang menenggelamkan ratusan hektar sawah. Betapa kini tanah subur tempat padi tumbuh, tempat kisah hidup diuntai tak lebih menjadi tanah rusak yang dihuni rumput liar. Sudah empat tahun lebih namun rupanya pemerintah dan PT. Lapindo Brantas tidak menunjukkan sebentuk tanggungjawab atas nama penghormatan terhadap relasi perempuan dan tanah. Justru drama yang disajikan adalah perkawinan pemerintah dan PT. Lapindo Brantas serta adegan pelupaan yang sekali lagi mengorbankan perempuan dan tanah.

Actions (login required)

View Item