52070027, YUSAK ADHIE PERMANA (2012) PERJUMPAAN ANTARA MUSIK, NYANYIAN, DAN EKSPRESI-EKSPRESI GERAK TUBUH DALAM PERIBADATAN DI GEREJA BETHEL INDONESIA PAHLAWAN, MAGELANG DENGAN NILAI-NILAI SIKAP DAN PERILAKU DALAM BUDAYA JAWA. Thesis (S2) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
Text (Tesis Ilmu Teologi)
52070027_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (1MB) |
|
Text (Tesis Ilmu Teologi)
52070027_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Nyanyian telah menjadi salah satu bagian yang penting dalam liturgi ibadah sepanjang sejarah Kekristenan. Nyanyian dalam ibadah Kristen sendiri juga telah memunculkan berbagai macam perdebatan baik dari bahasa teks, warna dan alat musik, maupun ekspresi tubuh sebagai ungkapan emosi umat. Sejarah musik Kristen menggambarkan bahwa ada beberapa musik yang dianggap sakral dan ada beberapa musik yang dianggap profan. Walaupun terdapat banyak perkembangan dalam dunia musik Kristen namun perdebatan ini terus ada bahkan sampai sekarang. Saat ini banyak muncul kritikan kepada kalangan Gereja Pentakosta, Gerakan Kharismatik dan Gereja Neo-Pentakosta mengenai musik yang digunakan dalam peribadatan. Kritikan yang sering muncul adalah kalangan gereja-gereja tersebut menggunakan musik sebagai sarana menghibur jemaat dan tidak berfokus kepada Tuhan. Warna musik kontemporer, peralatan musik band, dan gerakan-gerakan tubuh yang ekspresif sering digunakan sebagai dasar kritikan tersebut. GBI Pahlawan sendiri sebagai salah satu gereja Neo-Pentakosta juga menerapkan ibadah kontemporer dalam peribadatanya. Sebagian besar jemaat GBI Pahlawan berasal dari etnis Jawa, tidak dengan mudah untuk menerima begitu saja ibadah kontemporer dalam peribadatan. Budaya Jawa yang cenderung impresif telah menciptakan display rules terhadap alat musik dan ekspresi tubuh yang mereka anggap berlebihan. Dalam penelitian ini digunakan teologi ibadah kontemporer dari Frame, dimana menurut Frame dalam musik kontemporer Allah digambarkan sebagai yang transcendent dan sekaligus yang immanent yang artinya keagungaNya berkaitan dengan kedekatanNya. Dalam menjawab kritikan terhadap musik kontemporer, menurut Frame teks tetaplah penting dalam sebuah nyanyian. Saya sendiri setuju terhadap pendapat Frame dan lebih melihat musik sebagai aspek pendukung dari teks, sedangkan ekspresi tubuh merupakan ungkapan emosi dari umat. Aspek pendukung yang berupa musik dipengaruhi oleh selera umat dan selera dipengaruhi oleh budaya dan pembelajaran sosial sehingga sangat subyektif. Selera seseorang tentu berbeda dengan selera orang lain. Begitu juga ekspresi tubuh dikendalikan oleh display rules yang diperoleh dari kebudayaan dan pembelajaran sosial juga, sehingga display rules masing-masing umat adalah berbeda. Memenuhi selera seluruh umat secara bersama-sama tidaklah mudah untuk dilakukan. GBI Pahlawan telah berupaya memenuhi aspek selera jemaatnya. Kalangan Jawa tradisional mendapat wadah dalam ibadah doa pagi dan ibadah kelompok sel dan diberi keleluasaan untuk memilih musiknya sendiri. Pemahaman dan pembelajaran kepada jemaat bahwa “teks yang utama” perlu terus dilakukan untuk menghindari kecintaan yang berlebih terhadap musik tertentu dan kurang menghargai musik lainnya.
Item Type: | Student paper (Thesis (S2)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Musik, Nilai budaya Jawa, Gereja |
Subjects: | B Filsafat. Psikologi. Agama > Kekristenan B Filsafat. Psikologi. Agama > Teologi Praktis G Geografi. Antropologi. Rekreasi > Antropologi M Musik dan Buku tentang Musik > Musik |
Divisions: | Fakultas Teologi > Magister Filsafat Keilahian |
Depositing User: | Ms Lea Destiany |
Date Deposited: | 13 Apr 2021 07:37 |
Last Modified: | 13 Apr 2021 07:37 |
URI: | http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/4407 |
Actions (login required)
View Item |