61150073, Teguh Pramana Putra (2020) PERANCANGAN KAWASAN RUMAH APUNG DENGAN KONSEP WATERFRONT CITY DI KABUPATEN BARITO UTARA, KALIMANTAN TENGAH. Final Year Projects (S1) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
Text (Skripsi Arsitektur)
61150073_Bab1_Bab5_Daftarpustaka.pdf Download (3MB) |
|
Text (Skripsi Arsitektur)
61150073_Bab2-sd-Bab4_Lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (26MB) | Request a copy |
Abstract
Rumah apung merupakan rumah kebudayaan masyarakat Kalimantan khususnya masyarakat yang berada di tepian sungai besar seperti sungai Barito, sungai Mahakam, Sungai Kapuas dan lainnya. Rumah apung sendiri merupakan salah satu pemukiman awal mula terbentuknya kota-kota besar yang ada di Kalimantan contohnya adalah Palangkaraya, Barito Utara, Barito Timur dan lainnya. Rumah apung berada di atas air yang mana di buat mengapung menggunakan batang pohon sebagai pondasi untuk bangunan rumah tinggal. Pada zaman dahulu rumah apung di bangun untuk mempermudah nelayan dalam beraktivitas dan juga mempermudah transportasi masyarakat yang menggunakan perahu. Rumah apung memiliki kaitan yang erat dengan masyarakat kalimantan karena merupakan ciri khas dan kebudayaan dari masyarakat Kalimantan. Seiring berkembangnya zaman rumah apung memberikan dampak negatif bagi lingkungan yang di sebabkan oleh aktivitas masyarakat yang sering membuang sampah dan limbah ke sungai. Hal tersebut menyebabkan kerusakan lingkungan seperti biota air mati keracunan karena limbah kimia, air sungai berubah warna menjadi cokelat dan penyakit kulit karena masyarakat menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu semakin bertambahnya rumah apung yang di buat warga tanpa adanya peraturan jarak maupun standar tertentu membuat hunian kawasan rumah apung menjadi tidak teratur dan kumuh. Bangunan rumah apung sendiri memiliki material yang dan struktur yang kurang aman karena hanya diikat dengan pohon yang berada di darat dan sewaktu-waktu apabila terlambat ditarik ke tepian ketika air sedang pasang rumah apung dapat hanyut terbawa arus sungai. Material rumah apung yang menggunakan batang pohon tidak dapat bertahan lama karena sifat kayu yang menyerap air sehingga pada waktu tertentu ketika terlalu banyak menyerap air maka batang pohon yang digunakan sebagai pondasi apung akan tenggelam apabila tidak diganti. Perancangan Kawasan Rumah Apung Dengan Konsep Waterfront City di butuhkan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di kawasan rumah apung karena merupakan solusi yang menerapkan sistem pendekatan yang sesuai untuk kondisi di tepian air namun tetap mempertahankan unsur kebudayaan setempat. Perancangan ini juga menerapkan sistem yang mana sampah dan limbah dapat dikondisikan agar tidak mencemari air sungai dengan menggunakan sistem bio filter. perancangan ini juga menerapkan sistem penanggulangan bencana bagi kawasan rumah apung sehingga masyarakat lebih aman ketika berada di dalam bangunan. Perancangan ini menerapkan penataan zonasi kawasan berdasarkan kebutuhan masyarakat sehingga lebih mempermudah masyarakat dalam beraktivitas. Perancangan ini mendesain ulang kawasan dan hunian bangunan yang mana di sesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dengan menerapkan konsep waterfront city sebagai pedoman dalam desain.
Item Type: | Student paper (Final Year Projects (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Rumah Apung, Waterfront City |
Subjects: | N Seni Rupa > Arsitektur T Teknologi > Teknik Lingkungan. Teknik Saniter T Teknologi > Konstruksi Bangunan |
Divisions: | Fakultas Arsitektur dan Desain > Prodi Arsitektur |
Depositing User: | Mr Brayen Samuel Paendong |
Date Deposited: | 12 Oct 2020 02:43 |
Last Modified: | 07 Jun 2021 03:00 |
URI: | http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/4067 |
Actions (login required)
View Item |