01072132, DIKKY AGUNG TRIATMODJO (2013) SPIRITUALITAS MENGASIHI MUSUH: MERENGKUH DAN DIRENGKUH KERAPUHAN : SEBUAH PENDEKATAN SPIRITUALITAS BIBLIS TERHADAP MATIUS 5 : 43 – 48. Final Year Projects (S1) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
Text (Skripsi Teologi)
01072132_Bab1_Bab5_Daftarpustaka.pdf Download (3MB) |
|
Text (Skripsi Teologi)
01072132_Bab2-sd-Bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
Life is fragile! Kalimat ini menegaskan bahwa kehidupan yang ada di dunia ini memiliki potensi untuk terpecah-pecah. Terpecah-pecah oleh kepentingan-kepentingan pribadi maupun kelompok yang tidak terkomunikasikan dengan baik sehingga menciptakan sebuah ‘jarak’. ‘Jarak’ yang tercipta itu tidak jarang berujung pada permusuhan, balas dendam bahkan penumpahan darah sebagai sebuah kompensasi gagalnya manusia untuk mengaktualisasikan eksistensinya. Hal ini menjadi sesuatu yang ‘wajar’ di dalam dunia yang begitu kuat diwarnai oleh semangat kompetitif dalam arti yang negatif. Di dalam kompetisi tersebut, tidak jarang permusuhan bahkan penumpahan darah terjadi dan dilakukan oleh orang-orang terdekat. Musuh adalah orang-orang terdekat. Kegagalan mengaktualisasikan diri karena adanya orang-orang terdekat. Keterlukaan terjadi karena orang-orang terdekat. Aku dan kamu berjarak. Aku dan kamu terasing. Padahal aku dan kamu, kita adalah manusia yang rapuh. Rapuh karena ego dan kepentingan pribadi! Luka, jarak, dan keterasingan menunjukkan bahwa manusia adalah rapuh. Ajaran Yesus tentang mengasihi musuh di Injil Matius menunjukkan konteks terjadinya perpecahan dan permusuhan di antara orang-orang Yahudi sendiri akibat kepentingan-kepentingan pribadi mereka. Dalam perspektif spiritualitas, menarik untuk dilihat bahwa di balik kepentingan-kepentingan pribadi tersebut ada banyak luka, jarak dan keterasingan yang perlu direngkuh dan disembuhkan. Perengkuhan tersebut perlu dilakukan dengan kesadaran bahwa antara aku dan kamu, kita adalah sama-sama rapuh (being) akibat kepentingan-kepentingan pribadi yang menguasai. Dengan demikian, mengasihi musuh (doing) adalah merengkuh dan direngkuh kerapuhan. Saling menerima secara utuh keberadaan diri masing-masing, karena itulah wujud kasih agape, yaitu kasih yang mau menerima seutuhnya keberadaan manusia tanpa melihat status sosial dan moral.
Item Type: | Student paper (Final Year Projects (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Kepentingan pribadi, Ego, Jarak, Balas Dendam, Musuh, Kasih, Merengkuh, Kerapuhan, Being, Doing |
Subjects: | B Filsafat. Psikologi. Agama > Logika B Filsafat. Psikologi. Agama > Kekristenan B Filsafat. Psikologi. Agama > Alkitab |
Divisions: | Fakultas Teologi > Filsafat Keilahian |
Depositing User: | ms Dominggas Yembise |
Date Deposited: | 19 Feb 2021 02:04 |
Last Modified: | 19 Feb 2021 02:04 |
URI: | http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/3783 |
Actions (login required)
View Item |