MENUJU MISI GEREJA YANG MEMBEBASKAN : DIALOG KRITIS ANTARA KONTEKS LUKAS 4:16-21 DENGAN KONTEKS MASYARAKAT SUKU AKIT DI PULAU RUPAT UNTUK MENCARI PARADIGMA MISI BARU BAGI KEGIATAN MISI HKBP

50100284, SAMPE WARUWU (2013) MENUJU MISI GEREJA YANG MEMBEBASKAN : DIALOG KRITIS ANTARA KONTEKS LUKAS 4:16-21 DENGAN KONTEKS MASYARAKAT SUKU AKIT DI PULAU RUPAT UNTUK MENCARI PARADIGMA MISI BARU BAGI KEGIATAN MISI HKBP. Masters thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.

[img] Text (Tesis Ilmu Teologi)
50100284_bab1_bab6_daftarpustaka.pdf

Download (489kB)
[img] Text (Tesis Ilmu Teologi)
50100284_bab2-sd-bab5_lampiran.pdf
Restricted to Registered users only

Download (699kB) | Request a copy

Abstract

Studi dalam tesis ini bertolak dari pengalaman saya di Pulau Rupat, salah satu lapangan misi Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Di daerah tersebut saya melayani sebagai “misionaris” dan Koordinator Pekabaran Injil (PI) selama 4 tahun (2006-2010). HKBP memulai kegiatan misinya di Pulau Rupat sejak tahun 1969. Studi ini fokus pada sejarah kegiatan misi yang telah dilakukan oleh HKBP melalui para misionarisnya selama 41 tahun (1969-2010). Sasaran kegiatan misinya adalah masyarakat Suku Akit, satu-satunya “suku asli” di Pulau Rupat. Mereka adalah kelompok masyarakat yang hidup di dalam konteks kemiskinan kronis. Sementara masyarakat Suku Akit telah berubah dalam hal status agama—dari agama asli ke agama resmi—termasuk menjadi jemaat HKBP, ternyata mereka tetap hidup di dalam kemiskinan kronis. Kondisi tersebut membuktikan bahwa kegiatan misi HKBP tidak signifikan dan tidak relevan di tengah konteks kemiskinan kronis. Hal ini berakar pada paradigma misi lama HKBP, sebagaimana terdapat di dalam dokumen-dokumen gerejawinya (Agenda, Buku Ende, Kidung Jemaat, Aturan Peraturan, Almanak): bahwa misi dimaksudkan untuk membaptis orang-orang yang disebut kafir, kegelapan, dan tersesat. Tidak ada kaitan misi dengan pembebasan kaum miskin dari kemiskinan. HKBP harus mencari paradigma misi baru untuk menghadirkan dirinya “pas” pada konteks kemiskinan kronis. Jadi, tujuan studi ini adalah untuk menemukan paradigma misi baru bagi kegiatan misi HKBP. Di sini saya menafsir kembali Lukas 4:16-21 dengan memakai metode analisis sosiologis. Akhirnya, saya dapat menemukan paradigma baru misi yang menurut saya “pas” dalam konteks kemiskinan kronis. Misi adalah inisiatif dan milik Allah, bukan milik gereja. Misi dilakukan demi kepentingan Allah. Kepentingan Allah pada konteks kemiskinan adalah membebaskan kaum miskin dari kemiskinan tersebut. Model untuk melakukan misi yang membebaskan adalah Yesus. Dalam hal ini, misi tidak memprioritaskan pembaptisan, kristenisasi, dan penambahan jumlah jemaat. Prioritas misi dari pihak Allah adakah membebaskan kaum miskin. Tidak peduli apa agama dan budaya kaum miskin itu. Dalam konteks Pulau Rupat, misi yang membebaskan hanya dapat dilakukan jika HKBP berubah menjadi gereja yang terbuka berdialog dan bekerja sama kaum miskin itu sendiri, dengan agamaagama (baik “resmi” maupun “asli”) dan budaya-budaya sempat. Kegiatan misi selama 41 tahun di Pulau Rupat belum dapat disebut sebagai misi yang sesungguhnya. Selama HKBP masih mempertahankan paradigma misi lamanya, maka selama itu pula kegiatan HKBP tidak akan relevan pada konteks kemiskinan. Dan sesuatu yang tidak relevan, berarti tidak fungsional. Dan sesuatu yang tidak fungsional, berarti mati!

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Misi Gereja HKBP, Pulai Rupat
Subjects: B Filsafat. Psikologi. Agama > BR Kekristenan
B Filsafat. Psikologi. Agama > BS Alkitab
B Filsafat. Psikologi. Agama > BT Teologi Doktrinal
G Geografi. Antropologi. Rekreasi > GN Antropologi
Divisions: Fakultas Teologi > Magister Filsafat Keilahian
Depositing User: ms priska lim
Date Deposited: 15 Mar 2021 03:31
Last Modified: 15 Mar 2021 03:31
URI: http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/3574

Actions (login required)

View Item View Item