01052032, ARYANI KUSMAYANTI RIWU (2012) UPACARA HAPO DALAM MASYARAKAT SABU : SUATU USAHA BERTEOLOGI KONTEKSTUAL DALAM KONTEKS GMIT DI SABU. Final Year Projects (S1) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
Text (Skripsi Teologi)
01052032_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (1MB) |
|
Text (Skripsi Teologi)
01052032_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Orang Sabu, atau suku Sabu merupakan salah satu suku bangsa yang mendiami pulau Sabu di Nusa Tengga Timur (NTT). Mayoritas orang Sabu merupakan pemeluk agama Kristen Prostestan. Namun, meski demikian orang Sabu juga masih tetap berpegang teguh pada kepercayaan lokal atau agama suku mereka yang disebut agama Jingitiu. Ketaatan orang Sabu terhadap agama Jingitiu terlihat jelas lewat pelaksanaan upacara-upacara adat kegamaan. Salah satu upacara adat yang sampai saat ini masih terus di lakukan oleh orang Sabu Kristen adalah upacara Hapo. Upacara Hapo merupakan upacara yang berkaitan dengan kelahiran seorang anak di dalam keluarga. Dalam pemahaman orang Sabu, masa kehamilan dan kelahiran merupakan masa-masa paling berbahaya dalam kehidupan manusia, oleh sebab itu dibutuhkan satu ritual khusus untuk memohon perlindungan dan keselamatan dari Tuhan. Dalam pemahaman seperti inilah upacara Hapo mendapatkan tempatnya dalam kehidupan orang Sabu Kristen. Ketakutan yang dialami ketika menghadapi masa kehamilan dan kelahiran, menjadikan upacara hapo sebagai sebuah kebutuhan di dalam kehidupan mereka. Hal inilah yang seringkali menimbulkan persoalan di dalam kehidupan orang Sabu Kristen, karena bagi kekristenan upacara-upacara adat keagamaan suku Sabu, termasuk juga upacara Hapo, merupakan bagian dari agama kafir yang seharusnya sudah ditinggalkan ketika mereka menjadi pemeluk agama Kristen. Sejak awal masuknya kekristenan di pulau Sabu, gereja telah menunjukan sikap yang konfrontatif terhadap agama Jingitiu. orang Sabu Kristen dipaksa untuk meninggalkan adat istiadat mereka dan diharuskan mengikuti adat istiadat Kristen yang sebenarnya merupakan warisan dari adat istiadat barat. Hal ini membuat orang Sabu Kristen sulit untuk menghayati agama Kristen sebab agama Kristen menjadi agama yang asing bagi mereka. Dengan alasan inilah suatu proses kontekstualisasi menjadi sebuah kebutuhan agar kekristenan lebih dapat dihayati oleh orang Sabu. Salah satu sarana kontekstualisasi adalah upacara Hapo yang merupakan upacara adat keagamaan Jingitiu. Dengan upaya kontekstualisasi, diharapkan agar gereja dapat melihat nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pelaksanaan upacara Hapo, sehingga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengabarkan Injil di tengah-tengah orang Sabu.
Item Type: | Student paper (Final Year Projects (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Upacara hapo, Sabu, Teologi konstektual |
Subjects: | B Filsafat. Psikologi. Agama > Agama B Filsafat. Psikologi. Agama > Kekristenan G Geografi. Antropologi. Rekreasi > Antropologi |
Divisions: | Fakultas Teologi > Filsafat Keilahian |
Depositing User: | Ms Lea Destiany |
Date Deposited: | 07 May 2021 02:22 |
Last Modified: | 07 May 2021 02:22 |
URI: | http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/3460 |
Actions (login required)
View Item |