DIAKONIA : UPAYA GEREJA DALAM MERESPONS PERSOALAN KEMISKINAN

01120021, EDISSON CORNELIS BALI (2017) DIAKONIA : UPAYA GEREJA DALAM MERESPONS PERSOALAN KEMISKINAN. Final Year Projects (S1) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.

	Text (Skripsi Teologi) 01120021_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (1MB)
	Text (Skripsi Teologi) 01120021_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy

Abstract

Permasalahan sosial yang ada di Indonesia sangat beragam, mulai dari kemiskinan, keterbelakangan sampai pada ketidakadilan yang dialami dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Realitas ini merupakan konteks Indonesia, yang di dalamnya melibatkan setiap orang dari berbagai kalangan tanpa memandang suku dan agama. Karena itu persoalan kemiskinan yang terjadi di kalangan masyarakat juga persoalan bagi Gereja, karena Gereja adalah bagian dari masyarakat dan masyarakat adalah bagian daripada Gereja. Maka, kemiskinan merupakan sebuah persoalan yang nyata berdampak pada kehidupan masyarakat dan juga Gereja. Dampak yang paling terlihat adalah, kemiskinan memiliki konsekuensi yang serius. Seperti halnya, kemiskinan memicu terjadinya tindak kejahatan seperti pencurian, perampokan dan pembunuhan. Hal inilah yang patut menjadi perhatian, karena kemiskinan merupakan sebuah masalah yang memiliki akibat pada tatanan sosial di dalam masyarakat. Oleh sebab itu, tidak dapat dipungkiri bila kemiskinan merupakan akar dari masalah sosial yang perlu untuk diatasi. Dalam konteks inilah GKS Sobawawi hidup. GKS Sobawawi merupakan Gereja yang berlokasi di Loli, Sumba Barat. Pada kenyataannya, GKS Sobawawi merupakan sebuah gereja yang berhadapan langsung dengan realitas kemiskinan. Tentu patut disadari bahwa gereja merupakan bagian dari masyarakat yang tidak dapat menutup mata pada realitas atau konteks di mana ia hidup. Oleh sebab itulah, GKS Sobawawi patut untuk merenungkan kembali panggilannya sebagai sebuah gereja, yang terwujud dalam sebuah diakonia. Diakonia, merupakan tanggung jawab yang tidak dapat ditinggalkan oleh gereja, di samping tugasnya untuk mewartakan firman. Bahkan, dapat dikatakan bahwa diakonia sendiri merupakan sebuah bentuk nyata dari gereja daam mewujudkan kasih, yang salah satunya adalah mewujudkan kasih kepada sesama. Ada tiga bentuk diakonia, yakni diakonia karitatif, reformatif dan transformatif. Selama ini, Gereja cenderung melakukan diakonia dalam bentuk karitatif dan reformatif, dan belum begitu melakukan transformatif. Bukan berarti bahwa karitatif dan reformatif bukanah hal yang penting, hanya kadang kala bentuk diakonia yang karitatif dan reformatif tidaklah dapat merubah keadaan. Di sinilah kemudian pelayanan diakonia transformatif menjadi penting, oleh karena, diakonia yang bersifat transformatif berorientasi pada perubahan kesadaran yang kemudian dapat menggerakkan masyarakat untuk merubah situasinya. Dengan demikian, perubahan yang transformatif adalah sebuah perubahan yang dimulai dari dalam diri, dalam kesadarannya untuk memperbaiki situasi dan mengubah struktur-struktur yang tidak adil. Sehingga dengan pelayanan diakonia transformatif, masyarakat dimampukan untuk mengubah situasinya untuk mampu memberdayakan dirinya agar dapat terlepas dari struktur kemiskinan yang membelenggunya dan mereka juga menjadi tokoh utama dari perubahan yang dilakukan demi dan untuk dirinya sendiri. Demikian, tulisan ini merupakan sebuah studi tentang diakonia transformatif yang merefleksikan bagaimana semestinya GKS Sobawawi menghayati panggilan diakonianya di tengah konteks kemiskinan. Untuk itu, fokus dari penelitian yang dilakukan adalah berakar pada realitas yang terkadi di GKS Sobawawi, yang kemudian direfleksikan guna merumuskan sebuah upaya untuk berdiakonia secara transformatif.

Actions (login required)

View Item