57140002, I GEDE SUPRADNYANA (2018) “SESAMAKU” DALAM PERSPEKTIF INTERKULTURAL: PEMBACAAN DAN PEMAKNAAN PERUMPAMAAN ORANG SAMARIA YANG MURAH HATI (LUK. 10:25-37) BERSAMA WARGA GEREJA KRISTEN SULAWESI TENGAH (GKST). Desertations (S3) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
Text (Disertasi Ilmu Teologi)
57140002_bab1_bab6_daftarpustaka.pdf Download (760kB) |
|
Text (Disertasi Ilmu Teologi)
57140002_bab2-sd-bab5_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Kemajemukan etnis warga GKST adalah sebuah keniscayaan yang tak dapat dihindari sebagai bagian dari kenyataan hidup bergereja. Hal itu terjadi karena proses perubahan sosial masyarakat yang memengaruhi gerak bergereja. Oleh karena niscayanya, maka warga gereja perlu diberdayakan agar dapat memahami panggilan Kristianinya di tengah hidup bermasyarakat, khususnya di Poso pasca transmigrasi dan konflik. Salah satu bentuk pemberdayaan tersebut dilakukan melalui pembacaan dan pemaknaan Kitab Suci. Dalam hal ini, pesan dan makna Kitab Suci menjadi landasan berpikir dan berefleksi bagi warga gereja untuk bertanggungjawab sebagai orang Kristen. Dalam konteks kemajemukan, tantangan terbesar adalah memahami yang lain sebagai sesama. Sejalan dengan hal itu, maka kisah Perumpamaan Orang Samaria Yang Murah Hati menjadi signifikan untuk dibaca dan ditemukan maknanya. Sepanjang sejarah gereja, Perumpamaan itu telah ditafsirkan dengan berbagai macam metode dan menghasilkan berbagai macam makna oleh para penafsir. Menjadi nyata, bahwa wawasan penafsir sangat memengaruhi cara mereka untuk memahami dan memaknai Perumpamaan tersebut. Pemaknaannya menjadi polyvalent dan polysignificant dalam kesesuaian dengan konteksnya masing-masing. Menjawab tantangan kemajemukan di GKST, metode hermeneutik interkultural dapat menjadi salah satu model membaca dan memahami Kitab Suci, khususnya. Perumpamaan Orang Samaria Yang Murah Hati, bersama warga gereja yang tidak menempuh pendidikan teologi secara formal. Pendekatan ini menaruh perhatian besar kepada kebudayaan warga gereja dan mengakomodirnya untuk memahami dan memaknai Kitab Suci secara interkultural dalam intersubjektifitas pembaca yang berasal dari etnis yang berbeda, dalam hal ini etnis Pamona dan etnis Bali. Dengan berpedoman pada Alkitab menurut bahasa mereka, orang Pamona (Sura Magali) dan orang Bali (Cakepan Suci) menggunakan unsur-unsur budayanya untuk memberi makna bagi Perumpamaan itu. Leksikon-leksikon Kitab Suci dalam bahasa mereka tidak hanya sekadar kata-kata belaka melainkan juga tanda-penanda (semiotik) yang memunculkan makna (semantik) Kitab Suci, sehingga pesan Kitab Suci menjadi nyata dan dekat dengan pergumulan kehidupan mereka sehari-hari. Dalam pada itu, perjumpaan mereka, yang dilakukan untuk berbagi makna Kitab Suci, semakin memperkaya proses refleksi dan imajinasi bersama sebagai warga gereja dalam rangka penghayatan terhadap kenyataan kemajemukan dan tantangan kemanusiaan pasca transmigrasi dan konflik Poso. Proses refleksi dan imajinasi itu mendorong kepada upaya berteologi interkultural dalam konteks Poso kontemporer. Berdasarkan pemaknaan Perumpamaan Orang Samaria Yang Murah Hati, GKST ditantang untuk berwacana dan bertindak dengan terlebih dahulu memeriksa warisan-warisan teologisnya untuk bergerak kepada pemahaman identitas dan panggilannya sebagai gereja.
Item Type: | Student paper (Desertations (S3)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Perumpamaan, Orang Samaria, Orang Yahudi, Injil Lukas, Hermeneutik, Interkultural, Budaya, Warga Gereja, GKST, Konflik Poso, Transmigrasi, Kristologi, Identitas, Sesama. |
Subjects: | B Filsafat. Psikologi. Agama > Agama G Geografi. Antropologi. Rekreasi > Cerita Rakyat |
Divisions: | Fakultas Teologi > Doktor Teologi |
Depositing User: | ms Melania Putri |
Date Deposited: | 14 Jul 2020 01:59 |
Last Modified: | 14 Jul 2020 01:59 |
URI: | http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/1724 |
Actions (login required)
View Item |