MEMBANGUN SEBUAH TEOLOGI KELUARGA BAGI GPIB : MENDIALOGKAN TEOLOGI KELUARGA JACK O. BALSWICK DAN JUDITH K. BALSWICK DENGAN PEMIKIRAN GPIB MENGENAI KELUARGA

50160020, Dinka Nehemia Utomo (2018) MEMBANGUN SEBUAH TEOLOGI KELUARGA BAGI GPIB : MENDIALOGKAN TEOLOGI KELUARGA JACK O. BALSWICK DAN JUDITH K. BALSWICK DENGAN PEMIKIRAN GPIB MENGENAI KELUARGA. Thesis (S2) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.

[img] Text (Tesis Ilmu Teologi)
50160020_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf

Download (540kB)
[img] Text (Tesis Ilmu Teologi)
50160020_bab2-sd-bab4_lampiran.pdf
Restricted to Registered users only

Download (932kB) | Request a copy

Abstract

Sebuah keluarga direkatkan melalui relasi yang ada di dalamnya. Relasi dalam keluarga berarti berbicara tentang bagaimana keterhubungan secara komprehensif antara individu-individu dalam keluarga seperti suami dengan istri, orang tua dengan anak, kakak dengan adik itu dibangun dan dihidupi. Relasi yang dibangun dan dihidupi dengan baik akan membangun kekuatan dan keutuhan keluarga itu sendiri dalam menghadapi tantangan yang sifatnya internal maupun eksternal. Untuk itu keluarga-keluarga Kristiani perlu mendapat pemahaman dan pemberdayaan yang tepat dalam hal membangun relasi keluarga. Berkaitan dengan hal itu maka keberadaan Teologi Keluarga merupakan hal yang signifikan untuk dimiliki gereja, khususnya GPIB. Teologi Relasi Keluarga Baslwick dan Balswick dipilih menjadi rekan dialog dengan pemikiran GPIB mengenai keluarga. Pemikiran Balswick dan Balswick diinspirasi dari dua analogi, yakni Allah Tritunggal yang ber-relasi antar Pribadi, Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan Allah Tritunggal yang ber-relasi dengan ciptaan-Nya. Pemikiran Balswick dan Balswick tersebut yang didialogkan dengan pemikiran GPIB mengenai keluarga. Pada analogi pertama dalam pemikiran Balswick dan Balswick relasi “relasi setara-gembira” menekankan diferensiasi dan interdepedensi dalam kesetaraan setiap Pribadi. Di dalamnya ada perikoresis, atau tarian berputar dalam gerak ritmis berulang bersama-sama yang menghadirkan suasana kegembiraan. Kemudian, analogi yang kedua yang digunakan Balswick dan Balswick dalam konstruksi Teologi Keluarga adalah Allah Tritunggal yang ber-relasi dengan manusia. Gagasan pemikiran Balswick dan Balswick dalam analogi relasi yang kedua ini diintisarikan ke dalam sebuah istilah, yakni “relasi inisiatif-resiprokal”. Relasi ini memperlihatkan inisiatif dari tindakan Allah yang mengikatkan diri dalam perjanjian dengan manusia dan berkarya dalam kehidupan manusia. Balswick dan Balswick kemudian menjabarkan elemen-elemen yang muncul dalam relasi Allah dengan manusia. Elemen-elemen tersebut yang oleh Balswick dan Balswick direlevansikan ke dalam relasi keluarga. Ada empat elemen yakni “perjanjian”, “anugerah”, “pemberdayaan” dan “keintiman”. Pemikiran Balswick dan Balswick memperlihatkan bahwa kesetaraan relasi merupakan hal yang substansial dalam suatu keluarga. Relasi dalam kesetaraan merupakan pintu masuk bagi keluarga untuk dapat memosisikan diri sebagai pribadi- pribadi yang dalam satu ikatan bersama yang saling terhubung, interdependen, sekaligus yang saling hadir, saling mengisi, sehingga memunculkan atmosfer relasi yang dipenuhi rasa gembira. Balswick dan Balswick juga menunjukkan bahwa dalam konstruksi Teologi Relasi Keluarga relasi “inisiatif-resiprokal” merupakan unsur penting lainnya bersama-sama relasi “setara-gembira” dalam relasi keluarga. Melalui proses dialog pemikiran tersebut Balswick dan Balswick memperlihatkan kepada GPIB tentang betapa pentingnya gerakan inisiatif dan resiprokal dalam membangun relasi yang dilandasi ketulusan cinta kasih. Balswick dan Balswick juga menjelaskan bahwa dalam inisiatif ber-relasi yang dilandasi ketulusan cinta kasih tersebut terkandung kesediaan merendahkan diri sebagaimana yang Allah lakukan untuk merangkul manusia dan mereka yang termarjinal, dan kesetiaan yang meneladani Allah dalam memegang janji-Nya. Penjabaran dua analogi relasi Allah Tritunggal ke dalam empat elemen relasi yakni perjanjian, anugerah, pemberdayaan dan keintiman, yang kemudian penulis istilahkan sebagai Karakteristik Teologi Relasi Keluarga. Pengistilahan tersebut hendak memperlihatkan konsep pemikiran tentang karakteristik dari Teologi Relasi Keluarga yang berbasis perjanjian, berperspektif anugerah, berorientasi pemberdayaan dan bernuansa keintiman, yang mana ke empat elemen tersebut menjadi tiang-tiang penopang yang kokoh dalam konstruksi Teologi Relasi Keluarga Baslwick dan Balswick. Berdasarkan hasil dialog Teologi Keluarga Balswick dan Balswick dengan pemikiran GPIB mengenai keluarga, diusulkan kontruksi Teologi Keluarga sebagai berikut: Membangun Konstruksi Teologi Keluarga GPIB yang Menghidupi Kesetaraan; Membangun Konstruksi Teologi Keluarga GPIB yang Mengedepankan Prakarsa dalam Mengasihi dan Mengorbankan Diri; Membangun Konstruksi Teologi Keluarga GPIB yang bercorak Semarak; Membangun Konstruksi Teologi Keluarga GPIB yang Berimplikasi Positif-Konstruktif dalam Ruang Publik di tengah Konteks Indonesia. Implikasi dalam ruang publik tersebut juga meliputi beberapa hal: Pertama, sikap anti diskriminasi. Kedua, sikap terhadap kemiskinan dan ketidakadilan. Ketiga, sikap terhadap kemajemukan.

Item Type: Student paper (Thesis (S2))
Uncontrolled Keywords: Teologi Relasi Keluarga, Perikoresis, Setara-Gembira, Inisiatif- Resiprokal, Perjanjian, Anugerah, Pemberdayaan, Keintiman.
Subjects: B Filsafat. Psikologi. Agama > Agama
B Filsafat. Psikologi. Agama > Kekristenan
Divisions: Fakultas Teologi > Magister Filsafat Keilahian
Depositing User: ms Melania Putri
Date Deposited: 10 Jul 2020 00:58
Last Modified: 13 Jul 2021 13:23
URI: http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/1649

Actions (login required)

View Item View Item