50140015, CHINTYA MEGARIA SITUMEANG (2016) KEBERPIHAKAN GEREJA TERHADAP ORANG-ORANG MISKIN (BERTEOLOGI DALAM KONTEKS KEMISKINAN DI JEMAAT HKBP SUMBERSARI DALAM DIALOG DENGAN LUKAS 16:19-31). Thesis (S2) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
Text (Tesis Ilmu Teologi)
50140015_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf Download (3MB) |
|
Text (Tesis Ilmu Teologi)
50140015_bab2-bab4_lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB) | Request a copy |
Abstract
Kemiskinan adalah suatu kondisi yang sulit diukur dan dikategorikan. Ada banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kemiskinan, mulai dari indikator yang ditetapkan oleh BPS, indikator dari segi UMR, dan lain sebagainya. Namun yang terpenting adalah berbicara tentang kemiskinan selalu erat kaitannya dengan ketidakberdayaan yang dialami oleh seseorang. Untuk itulah dalam mengatasi kemiskinan ini, orang miskin tidak dapat berjuang sendiri. Orang miskin membutuhkan orang lain untuk dapat menolongnya keluar dari kemiskinan tersebut. Namun yang menjadi permasalahan kemudian adalah orang miskin (dengan segala ketidakberdayaannya) cenderung diam dan tidak tahu meminta pertolongan kepada siapa. Dalam hal ini, orang-orang yang berada di sekitar orang miskin dan kemiskinan itulah yang bertanggung jawab untuk lebih peka dan membuka mata hati dan nuraninya, agar peduli dan melakukan sesuatu pada orang-orang yang berada dalam kemiskinan tersebut. Wajah kemiskinan masih banyak ditemukan di berbagai daerah dan segi kehidupan, termasuk kehidupan gereja. Di salah satu gereja HKBP, yaitu HKBP Sumbersari Ressort Sumbersari, Pekanbaru-RIAU, kemiskinan menjadi konteks yang ada di tubuh jemaatnya. Dari 871 KK anggota jemaat di HKBP Sumbersari, mayoritas (sekitar 82 %) anggota jemaatnya masuk dalam kategori miskin menurut kategori BPS dan ditinjau dari segi UMR. Untuk itulah gereja HKBP Sumbersari dituntut untuk dapat berteologi di tengah konteks kemiskinan yang ada. Di dalam Alkitab, secara khusus Injil Lukas, kemiskinan adalah hal yang juga diperhatikan oleh Yesus. Yesus banyak memberikan ajaran dan perumpamaan terkait keberpihakan kepada orang miskin. Secara khusus lewat perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang terdapat dalam Lukas 16:19-31, Yesus menekankan pentingnya tindakan nyata yang harus dilakukan saat ini juga untuk berbagi dan menolong orang miskin.Untuk itulah gereja sebagai kumpulan orang percaya, yang meneladani ajaran Yesus, harus dapat berpihak kepada orang miskin juga. Dalam menunjukkan keberpihakannya, gereja harus melakukan pelayanan yang bersifat memberdayakan (diakonia transformatif). Hal ini sejalan dengan pemikiran Choan Seng Song, yang menekankan pentingnya melakukan pemberdayaan kepada orang miskin, sebagai bentuk perwujudan Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia ini. Dengan begitu maka gereja tidak hanya mewartakan Kabar Baik kepada orang miskin, tetapi gereja dapat menjadi sebuah jemaat yang mewujudkan Kabar Baik kepada orang miskin tersebut, serta membuat orang miskin berbahagia dan memiliki kehidupan yang lebih layak.
Item Type: | Student paper (Thesis (S2)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Orang Miskin, Kemiskinan, Lukas, Pembangunan Jemaat, Diakonia, Diakonia Transformatif, Pemberdayaan, Choan Seng Song. |
Subjects: | B Filsafat. Psikologi. Agama > Kekristenan H Ilmu Sosial > Ilmu-ilmu Sosial (Umum) H Ilmu Sosial > Sejarah dan Kondisi Sosial. Permasalahan Sosial. Reformasi Sosial |
Divisions: | Fakultas Teologi > Magister Filsafat Keilahian |
Depositing User: | Mr Brayen Samuel Paendong |
Date Deposited: | 16 Jun 2020 01:22 |
Last Modified: | 16 Jun 2020 01:22 |
URI: | http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/1603 |
Actions (login required)
View Item |