NGIGELAN: MODEL TEOLOGI INTERKULTURAL GKP JEMAAT BANDUNG

51160001, FIERDHAUS YOHANES NYMAN (2018) NGIGELAN: MODEL TEOLOGI INTERKULTURAL GKP JEMAAT BANDUNG. Thesis (S2) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.

[img] Text (Tesis Kajian Konflik dan Perdamaian)
51160001_bab1_bab6_daftarpustaka.pdf

Download (798kB)
[img] Text (Tesis Kajian Konflik dan Perdamaian)
51160001_bab2-sd-bab5_lampiran.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Dalam sebuah persekutuan atau gereja, nampaknya perjumpaan dengan yang lain dari latarbelakang yang berbeda tidak bisa dihindarkan lagi. Itu sebuah fakta yang harus dihadapi. Bagaimana menghadapinya? Itu yang tidak mudah. Sebab seringkali perjumpaan itu tidak mulus, ketika masing-masing pihak dengan latarbelakang budayanya merasa bahwa budayanyalah yang terbaik. Sikap seperti itu, bukan menyatukan tetapi memisahkan dan membuat perbedaan menjadi sebuah halangan untuk bersatu. Artinya tindakan di atas, justru menutup ruang untuk membangun relasi dan interaksi yang saling mencerahkan, mengisi dan saling memberi manfaat / nilai. Fakta ini, membutuhkan jawaban. Melalui tesis ini penulis mencoba memberi jawaban itu, yaitu dengan teologi interkultural dan dengan ngigelan. Teologi interkultural bisa dipahami bagaimana kita membangun relasi dan komunikasi dengan yang lain, tanpa mempersoalan perbedaan, tanpa mempersoalkan latarbekalang sebab yang dicari adalah apa yang menyatukan, apa nilai bersama yang bisa kemudian dipelajari dan dipraktikkan dalam hidup bersama sebagai sebuah persekutuan. Itu juga yang dinyatakan oleh Frans Wijsen tentang teologi interkultural. Sedangkan konsep ngigel, dalam konteks Sunda sendiri sudah sangat dikenal, terutama ngigel dalam arti sebuah karya seni tari, ngigel dalam arti sebuah gerak atau olah badan yang mempunyai makna dan maksud terntentu. Namun yang jauh lebih penting dari ngigel sebagai sebuah gerakan tari adalah bahwa ngigel atau ngigelan bagi orang Sunda adalah sebuah falsafah hidup yang punya makna begitu dalam. Dengan ngigel maka orang Sunda, gereja bahkan orang lain, akan terus bergerak dalam berbagai upaya dan usaha untuk mampu mengerti, memahami, menghayati, dan menjawab berbagai persoalan yang ada. Dalam tesis ini diperlihatkan bagaimana teologi interkultural dan ngigelan berjumpa dan memperlihatkan punya banyak kesamaan. Salah satunya bahwa dalam teologi interkultural dan ngigelan itu, ada proses perjumpaan, interaksi, dialog. Ada upaya saling belajar, saling mengakui, saling menghargai bahkan saling memberi tanpa saling menghakimi. Oleh karena itu, jelas bahwa ngigelan bisa menjadi model teologi interkulturalnya GKP Jemaat Bandung, untuk menjawab berbagai persoalan yang ada. Sebagaimana Yesus juga ternyata ngigelan banyak hal, ngigelan banyak orang, bahkan ngigelan kehendak Bapa untuk kemudian mampu bersikap tepat dan benar dalam berelasi. Begitu juga dengan GKP Bandung, akan mampu bersikap tepat dan berlaku benar, dalam berelasi dengan yang lain ketika GKP Bandung tidak pernah berhenti ngigelan kehidupan, ngigelan konteks dan panggilannya.

Item Type: Student paper (Thesis (S2))
Uncontrolled Keywords: Ngigelan, Teologi Interkultural, Frans Wijsen, Gereja, GKP.
Subjects: B Filsafat. Psikologi. Agama > Filsafat (Umum)
B Filsafat. Psikologi. Agama > Kekristenan
Divisions: Fakultas Teologi > Magister Kajian Konflik dan Perdamaian
Depositing User: ms Dominggas Yembise
Date Deposited: 06 Jul 2020 07:11
Last Modified: 06 Jul 2020 07:11
URI: http://katalog.ukdw.ac.id/id/eprint/1363

Actions (login required)

View Item View Item