@mastersthesis{katalog9555, title = {KONTESTASI KUASA DI BALIK GERAKAN SEKTARIAN GEREJA MULA-MULA SERTA KUTUKAN ANANIAS DAN SAFIRA. KRITIK IDEOLOGI TERHADAP TEKS KISAH PARA RASUL 4:32-5:11 DAN SIGNIFIKANSINYA BAGI KOMUNITAS DAN KEPEMIMPINAN GEREJA MASA KINI}, author = {Akhung Berithel Ina}, note = {Dosen Pembimbing 1: Pdt. Prof. Robert Setio, Ph.D \& Dosen Pembimbing 2: Pdt. Dr. Frans Setiyadi Manurung, M.Th}, school = {Universitas Kristen Duta Wacana}, year = {2024}, month = {November}, keywords = {ideologi, jemaat mula-mula, kutukan, sektarian, kharis, anugerah, kenabian, keimaman, otoritas, institusi gereja, karisma}, abstract = {Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan penulis pada isu kuasa /otoritas dalam gereja maupun komunitas Kristen. Di sebagian gereja, otoritas hadir dalam figur karismatik yang mewakili otoritas ilahi. Sedangkan sebagian komunitas lain, otoritas hadir melalui institusi yang lebih terorganisir. Isu kuasa juga seringkali tampak dalam kontestasi kuasa internal maupun eksternal gereja yang berpotensi memicu perpecahan dan permusuhan. Isu ini menurut penulis beresonansi dengan narasi gereja mula-mula dalam Kisah Para Rasul 4:32-5:11. Figur dan otoritas rasul begitu menonjol dalam hidup kolektif jemaat, dan juga dalam narasi kutukan terhadap Ananias dan Safira. Namun kematian tragis ini memunculkan persoalan etis, di mana tidak adanya kesempatan kedua dan ruang penggembalaan bagi Ananias dan Safira. Jika komunitas ini dianggap ideal dan diterapkan begitu saja bagi konteks masa kini, maka teks ini berpotensi melegitimasi abuse of power maupun tindakan mengeksklusi kelompok lain tanpa ruang pertobatan dan penggembalaan. Untuk itu penulis menggunakan pendekatan kritik ideologi sebagai pisau analisis untuk menyelidiki motif, ideologi, serta konteks sosial yang mendorong begitu ditonjolkannya otoritas rasul, serta guna menawarkan ideologi alternatif dalam semangat etis-emansipatoris. Yang ditemukan melalui penelitian ini yaitu penonjolan otoritas rasul erat kaitannya dengan kontestasi kuasa pasca hancurnya Bait Allah terkait siapa pewaris sah Bait Allah, antara sekte Kristen yang bercirikan kenabian-karismatik, dengan Yudaisme Rabinik yang bercirikan keimaman-institusional. Ciri hidup berbagi dan gambaran otoritas rasul yang distributif menjadi legitimasi bahwa komunitas Kristen adalah pengganti sah Bait Allah. Kharis (anugerah) menjadi kunci dari hadirnya Allah dalam komunitas ini, karena umat di mana Allah hadir adalah umat yang mendistribusikan kharis seluas-luasnya. Alasan Ananias dan Safira dikutuk adalah alasan yang sama dengan hancurnya Bait Allah, yakni kharis yang berlimpah justru dihisap untuk keuntungan pribadi / kelompok tertentu. Maka teologi kharis sekaligus menjadi jalan kepada hadirnya ideologi alternatif. Kisah Para Rasul menunjukan bahwa model komunitas dan otoritas rasul tidak statis dan terus mengalami reformasi sesuai perubahan konteks, dengan kharis sebagai dasar. Selain itu, kharis juga menjadi dasar bahwa anugerah yang berlimpah dari Allah seharusnya memberi ruang merangkul dan menggembalakan mereka yang berdosa dalam komunitas. Kata kunci: ideologi, jemaat mula-mula, kutukan, sektarian, kharis, anugerah, kenabian, keimaman, otoritas, institusi gereja, karisma}, url = {https://katalog.ukdw.ac.id/9555/} }