%K perang, perdamaian, pacifisme Kristen, Pancadharma Perdamaian %V 9 %J JURNAL GEMA TEOLOGIKA %T SI VIS PACEM, PARA BELLUM? %X Perang demi perang telah terjadi di bumi selama berabad-abad lamanya, tanpa satu pun berhasil membawa perdamaian sejati. Namun demikian, masih banyak orang dan pemimpin negara, termasuk pemimpin gereja, yang meyakini kebenaran dalil “Si vis pacem, para bellum”. Tulisan ini menunjukkan bahwa dalil tersebut bermasalah karena bersumber dari paradigma national security. Tulisan ini menekankan perlunya memahami perdamaian secara positif dan aktif, sebagai sebuah gagasan komprehensif terkait relasi antarmanusia dan antara manusia dan alam lingkungan non-manusia. Dalam terang itu, pacifisme Kristen memanggil gereja dan orang-orang Kristen untuk meninggalkan segala macam bentuk kekerasan, termasuk perang, karena tidak sesuai dengan etika Kristen. Pacifisme Kristen mencari upaya perdamaian yang dilandaskan pada paradigma symbiocentric yang memperhitungkan bukan terutama keamanan diri sendiri dan kelompok sendiri secara eksklusif, tetapi kesejahteraan seluruh kehidupan yang berkelanjutan. Pacifisme Kristen juga mengajak semua orang meninggalkan jaring pengaman kepastian moral, karena pacifisme Kristen bukan terutama masalah teknis atau metodologis terkait perang; tentang metode mana yang lebih efektif dalam penyelesaian konflik. Pacifisme Kristen adalah persoalan iman dan pertobatan. Berbekal keyakinan inilah gereja dan orang-orang Kristen bisa menghidupi dan membudayakan Pancadharma Perdamaian yang berisi kebajikan-kebajikan Kristiani, yaitu: pengharapan, kerentanan, kerendahan-hati, kesabaran, dan empati. %A Paulus Sugeng Widjaja %P 67-88 %R doi:10.21460/gema.2024.91.1170 %I Fakultas Teologi UKDW %L katalog9453 %N 1 %D 2024