@unpublished{katalog8700, author = {Aniek Prasetyaningsih and Djoko Rahardjo and Tejo Jayadi}, address = {Yogyakarta}, month = {December}, type = {Research Report (Lecturer)}, year = {2020}, title = {POTENSI ASTAXANTHIN KULIT UDANG LITOPENAEUS VANNAMEI DARI PANTAI GUNUNGKIDUL TERHADAP ANTINFLAMASI DAN PENGOBATAN DIABETES TIKUS PUTIH GALUR WISTAR}, publisher = {Prodi Biologi, Universitas Kristen Duta Wacana}, institution = {Universitas Kristen Duta Wacana}, keywords = {Astaxanthin, Anti inflamasi, Diabetes, Kulit Udang,}, url = {https://katalog.ukdw.ac.id/8700/}, abstract = {Sebagai negara maritim dengan perairan yang sangat luas Indonesia memiliki banyak peluang untuk memanfaatkan sumber daya kelautan sebagai sumber senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai bahan aktif obat. Salah satu biota laut yang menyimpan potensi senyawa aktif adalah udang. Penelitian ini menggunakan sampel kulit udang Vaname (Litopenaeus vannamei) yang memiliki potensi senyawa bioaktif astaxanthin merupakan sumber antioksidan yang memiliki potensi sebagai anti inflamasi dan dapat mengurangi stress oksidatif yang disebabkan oleh Hyperglycemia pada {\ensuremath{\beta}}-cells pankreatis serta meningkatkan kadar insulin serum, sehingga sangat baik untuk antiinflamasi dan penyembuhan diabetes. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh astaxanthin dari kulit udang sebagai anti inflamasi dan menurunkan kadar glukosa dalam darah.Kulit udang Litopenaeuvannamei berasal dari limbah laut Gunungkidul. Ekstraksi astaxanthin kulit udang digunakan pelarut aseton, dan minyak bunga matahari, sedangkan uji fitokimia dan profiling astaxanthin digunakan Thin Layer Chromatographydengan standar asthaxanthin giffarin, sedangkan perhitungan kadar astaxanthin digunakan Spektrofotometer dengan standar astaxanthin.. Hasil astaxanthin terbanyak di hasilkan dengan metode maserasi dan pelarut etanol 70\%, sebesar 190 mg astaxanthin tiap gram kulit udang. Hasil pemurnian menggunakan kolom kromatografi dan fase gerak petroleum eter : aseton (8:2) di dapatkan hasil kadar astaxanthi tertinggi sebesar 220,77 mg/g ekstrak kasar. Uji preklinis terhadap sebagai anti inflamasi pada fraksi tersebut, konsentrasi 150 mg/kgbb menunjukkan hasil terbaik berdasar penurunan kadar neutrofil dan limfositnya, sedangkan pengaruhnya terhadap antidiabetes sedang dalam percobaan ulang, karena penggunaan streptozotocin 150 mg/kg, masih terlalu tinggi untuk tikus sehingga banyak yang mati dengan kadar glukosa darah yang tinggi, hal yang lain adalah ketidak seragaman hewan uji dari sisi umur yang memicu kematian tikus-tikus tersebut.} }