%0 Thesis %9 Bachelor %A Johannes Suryo Sindhu Putro %B Filsafat Keilahian %D 2023 %F katalog:8549 %I Universitas Kristen Duta Wacana %K Teopoetika, Levinas, wajah, tanggung jawab, seeing through, totalitas %T TEOPOETIKA: MEMBACA TEKS INJIL MATIUS 25:31-46 MELALUI PERSPEKTIF EMMANUEL LEVINAS "MEMANDANG WAJAH ORANG LAIN" %U https://katalog.ukdw.ac.id/8549/ %X Cara manusia berkomunikasi, hadir bersama, dan menentukan identitas diri di era digital saat ini, akan merubah bagaimana mereka memaknai eksistensi diri, menentukan tujuan hidup, dan bahkan pandangan mereka terhadap Allah. Pandangan Allah yang klasik (Maha Segalanya) dirasa jauh dan tidak dapat menjawab pergumulan masa kini. Sebab pengalaman religius dan spiritual bersifat eksperensial dan emosional serta subjektif, baik itu pengalaman di sekitar mereka, maupun pengalaman yang dialami diri sendiri. Oleh sebab itu Teopoetika hadir untuk menjawab dinamika dan pergumulan untuk merekonstruksi dalam memahami konsep Allah dengan cara yang baru atau berbeda, diantaranya melalui eksplorasi estetika, imajinasi, bahasa, metafora, film, novel, dan teks Kitab suci. Dalam penulisan ini, Penulis menggunakan teks Injil Matius 25:31-46 tentang “Penghakiman Terakhir” dan di baca dengan menggunakan perspektif Emmanuel Levinas “memandang wajah orang lain” guna merekonstruksi gambar Yesus di dalam wajah orang yang hina dan orang-orang terkutuk. Dengan harapan dapat membantu pembaca guna merefleksikan diri terhadap fenomena-fenomena dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menggugah kepedulian dan melahirkan tanggung jawab terhadap orang lain. Metode penelitian yang Penulis gunakan menggunakan studi literatur, dan penafsiran teks Injil Matius 25:31-46, menggunakan metode seeing through. Pendekatan seeing through dilakukan dengan cara melihat, meneliti, mendalami, memaknai Alkitab melalui lensa tertentu untuk membaca ulang kitab Suci, guna menemukan gagasan-gagasan baru, memperluas horizon, penemuan yang alternatif dan konstekstual. Hasil penelitian yang diperoleh: (1) Yesus mengidentifikasikan dirinya sebagai wajah orang lain; (2) Wajah diartikan sebagai saudara-Ku yang paling hina dan orang-orang terkutuk; (3) Tindakan etis kepada orang lain sebagai syarat masuk ke dalam Kerajaan Sorga; (4) Penghakiman terakhir sama halnya dengan tanggung jawab aku kepada yang lain.