%D 2023 %L katalog8272 %I Universitas Kristen Duta Wacana %K E-klesiologi, Karakteristik dunia digital, Komunitas digital, Persekutuan mistik terhubung, Tubuh mistik terhubung, Hardiman, Kim, Lupton, Simanullang. %T E-KLESIOLOGI: DINAMIKA BERKOMUNITAS DI ERA DIGITAL SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN KONSEP GEREJA DIGITAL (DIGITAL CHURCH) %A Yudha Nugraha Manguju %X Penelitian dalam tesis ini dilatarbelakangi oleh fenomena pola, corak dan cara menggereja (churching) yang baru sebagai komunitas iman di era digital. Gereja mengalami pergeseran secara kultural dan sosial dalam kehidupan berjemaat yang tidak lagi identik dengan masa pra Pandemi COVID-19. Untuk mendalami isu tersebut, Penulis menggunakan teori Deborah Lupton dan F. Budi Hardiman yang menelisik gagasan sosio-kultural tentang teknologi digital. Kemudian Penulis menggunakan gagasan Jay Y. Kim dan Salto Deodatus Simanullang mengenai gereja sebagai persekutuan mistik terhubung. Gambaran gereja di era digital yang berbasis pada komunitas digital menegaskan tiga dimensi teologis dalam tulisan ini, yakni: gereja sebagai persekutuan mistik terhubung, praktik menggereja secara digital sebagai visi kekristenan, dan gereja sebagai refleksi realitas komunitas digital yang berjejaring di ruang digital dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Religious-Social Shaping of Technology (RSST) untuk mengkomparasikan komunitas digital dan persekutuan mistik terhubung. Penulis menyimpulkan bahwa karakteristik dunia digital secara masif membentuk masyarakat digital melalui relasi-relasi personal maupun komunal yang berlangsung secara digital sebagai jaringan sosial. Dengan kata lain, karakteristik dunia digital berfungsi dalam mengonfigurasi subjektivitas, kebertubuhan, dan relasi sosial dalam komunitas digital termasuk dalam kehidupan gereja yang merupakan persekutuan mistik terhubung. Gereja sebagai persekutuan mistik terhubung dapat membangun komunitas digital sebagai persekutuan umat Allah melalui dua aspek. (1) Persekutuan yang dilakukan di ruang digital tidak dapat dipisahkan dari kehadiran tubuh di dunia analog yang berdimensi sakramental bertujuan untuk menghubungkan anggotanya menuju keharmonisan dan keutuhan sebagai kesatuan tubuh analog-digital yang saling menubuh di dalam cinta kasih Kristus. (2) Melalui relasi dalam persekutuan mistik terhubung, rasa sepenanggungan antarmanusia dapat disebarluaskan guna membangun dunia yang membuka kebaikan bagi semua. Dinamika berkomunitas di era digital sebagai persekutuan umat Allah dapat membangun konsep gereja digital (e-klesiologi) melalui empat aspek, yaitu: (1) Gereja digital menunjukkan bahwa persekutuan umat Allah telah memperluas identitasnya sebagai jejaring keterhubungan relasi dan komunitas jaringan sosial terhubung yang berdimensi personal dan komunal di ruang digital. (2) Peribadahan digital perlu dimaknai sebagai tubuh Kristus yang merupakan sakramentalitas dan solidaritas yang mempresentasikan kebertubuhan umat dalam dinamika kehidupan menggereja secara bauran serta menampilkan keharmonisan dan keutuhan ciptaan sebagai tubuh Kristus yang saling menubuh di dalam semua ciptaan termasuk dalam ruang digital. (3) Model komunikasi gereja digital perlu dimaknai dalam pemahaman Kristus sebagai komunikator Allah. Kristus sebagai penghubung antara Allah dan manusia menunjukkan bahwa keterhubungan eksistensi manusia dengan kehidupan gereja kini telah menyatu dalam person Kristus (Yoh. 1:1-14). Pada saat yang sama, Kristus juga hadir di sempadan yang memungkinkan terjadinya komunikasi antartubuh di perbatasan-perbatasan (liminal) jejaring sosial terhubung. (4) Gereja membutuhkan model kepemimpinan adaptif dan transformasional yang bersedia untuk terbuka dan mendengarkan dengan rendah hati suara seluruh umat. Hal ini membutuhkan komunikasi antargenerasi dan budaya keterbukaan yang egalitarian, serta saling belajar dalam memahami pola pikir, ekspektasi, persepsi dan moda komunikasi masing-masing generasi.