%I Universitas Kristen Duta Wacana %X Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) memperoleh panjaean (kemandirian) melalui proses yang sangat panjang. Beberapa hal yang diperjuangkan oleh orang Kristen Simalungun yang kemudian menjadi alasan panjaean adalah pertama, mempertahankan identitas budaya dan bahasa Simalungun sebagai bagian dari penginjilan. Kedua, mengganti gaya penginjilan di tanah Simalungun, karena secara kualitas penginjilan dianggap buruk yang menyebabkan kurangnya ketertarikan orang Simalungun akan penginjilan. Hal itulah yang menyebabkan proses penginjilan di tanah Simalungun dianggap lambat. Demikian juga alasan panjaean dari HKBP yang lainnya adalah karena kedatangan orang Toba di Simalungun selain melakukan penginjilan, memiliki tujuan dari awal untuk melakukan pengambilan tanah dan menguasai lahan orang-orang Simalungun. Penulis menganalisis, akar pahit yang diterima orang Kristen Simalungun juga berperan dalam alasan panjaean GKPS, di mana peristiwa besar terjadi yang mengakibatkan kejadian berdarah yang disebut revolusi sosial. Dari Perspektif perdamaian, penulis memakai kaca mata Johan Galtung dan Henri Nouwen untuk membedah panjaean GKPS dengan kesimpulan GKPS manjae masih dalam ruang lingkup kekerasan struktural karena panjaean GKPS ditempuh melalui Rapat Sinode Bolon. %A Michael Rony Purba %D 2022 %L katalog7210 %K Panjaean, Identitas, Simalungun, GKPS, HKBP, Penginjilan, Johan Galtung, Henri Nouwen, Sinode Bolon %T PANJAEAN GKPS TAHUN 1928-1963 SEBUAH STUDI KASUS DENGAN PENDEKATAN PERSPEKTIF PERDAMAIAN MENURUT JOHAN GALTUNG DAN HENRI J. M. NOUWEN