@unpublished{katalog7118, school = {Universitas Kristen Duta Wacana}, title = {FASILITAS TERAPI DAN PENDIDIKAN ANAK PENYANDANG AUTISME DI KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU DAN SENSORI}, month = {July}, year = {2022}, author = {Chatarina Melati Sekar P}, keywords = {penyandang autisme, arsitektur perilaku, sensori, desain interaktif}, url = {https://katalog.ukdw.ac.id/7118/}, abstract = {Dengan minimnya fasilitas serta melonjaknya jumlah penyandang autisme maka dibutuhkan sebuah wadah yang dapat mengakomodasi kegiatan terapi sesuai dengan karakter penyandang autisme. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan merancang dan merencanakan Fasilitas Pelayanan Terapi dan Pendidikan Informal dapat menerima penanganan khusus dengan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan. Fasilitas ini berfungsi sebagai wadah bagi para penderita autis yang menyediakan fasilitas konsultasi, fasilitas terapi, dan fasilitas pendidikan sebagai upaya penyembuhan bagi penderita autisme. Disamping itu terdapat juga fasilitas informasi yang berfungsi untuk memberikan informasi bagi keluarga penderita autisme. Autisme atau saat ini disebut sebagai gangguan spektrum autisme (Autism Spectrum Disorder) merupakan gangguan perkembangan otak (neurodevelopment) yang ditandai dengan adanya gangguan dan kesulitan penderita untuk berinteraksi secara sosial, berkomunikasi secara verbal maupun non-verbal, serta keterbatasan dalam melakukan beberapa aktivitas kognitif dan motorik. Autisme sendiri masih jarang dipahami di masyarakat luas sehingga terkadang metode penaganannya pun masih kurang sesuai. Oleh sebab itu diharapkan Fasilitas Pelayanan Terapi dan Pendidikan Informal agar penyandang autisme di Yogyakarta dapat menanggapi kebutuhan bagi penyandang autisme. Maka dari itu desain dari bangunan fasilitas terapi dan pendidikan bagi penyandang autisme ini nantinya tidak hanya terpaku pada fungsinya saja namun menjadi bangunan yang mampu berkomunikasi dengan penggunanya atau mengacu pada desain yang interaktif serta memaksimalkan penggunaan sensori penyandang autisme melalui pendekatan Arsitektur Perilaku.} }