%A Helen Jayanti %X Perempuan dalam pernikahan di beberapa kasus telah kehilangan dirinya sebagai pemegang otoritas atas tubuhnya. Hal ini disebabkan adanya konstruksi sosial yang cukup mempersempit pandangan, sehingga perempuan tidak lagi memiliki keputusan atas tubuhnya. Salah satunya seperti keputusan untuk hidup childfree. Skripsi ini menganalisis fenomena childfree sebagai keputusan perempuan dalam pernikahan melalui sudut pandang perempuan sebagai pemegang otoritas tubuhnya berdasarkan pemikiran Simone de Beauvoir. De Beauvoir secara luas memaparkan dalam tulisannya, Second Sex, menganalisis kehidupan perempuan dalam pernikahan melalui pemikiran feminis eksistensialisnya. Berangkat dari hal ini, skripsi akan menjawab tiga hal. Pertama-tama, skripsi ini menjabarkan penindasan yang dialami oleh perempuan dalam pernikahan serta bagaimana ketika ia memiliki keputusan childfree terkhusus di dalam konteks Indonesia. Selanjutnya, dengan mengunakan metode tinjauan literatur, penulis menyoroti pandangan yang dibangun oleh Simone de Beauvoir mengenai perempuan dalam pernikahan dan tubuhnya. Hasil dari analisis ini kemudian dipercakapkan dengan kisah Tamar dalam Kejadian 38, yang juga berbicara bagaimana posisi perempuan di tengah tradisi patriarki. Dengan demikian, penulis memaparkan dua perspektif. Pertama, fenomena perempuan childfree dalam pernikahan. Kedua, analisis perempuan childfree sebagai pemegang otoritas atas tubuhnya beserta dengan tinjauan teologis. %K Childfree, Perempuan dalam Pernikahan, Pemegang Otoritas atas Tubuh, de Beauvoir, Tamar %T CHILDFREE SEBAGAI KEPUTUSAN PEREMPUAN MENINJAU FENOMENA PEREMPUAN CHILDFREE DALAM PERNIKAHAN MELALUI SUDUT PANDANG PEREMPUAN SEBAGAI PEMEGANG OTORITAS ATAS TUBUHNYA BERDASARKAN PEMIKIRAN SIMONE DE BEAUVOIR %L katalog6988 %I Universitas Kristen Duta Wacana %D 2022