@phdthesis{katalog6436, school = {Universitas Kristen Duta Wacana}, title = {PERANCANGAN PUSAT KEBUDAYAAN TIONGHOA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA DI SINGKAWANG, KALIMANTAN BARAT}, month = {July}, author = {Hengky Kurniawan 61160037}, year = {2021}, keywords = {Pusat Kebudayaan, Suku Tionghoa, Arsitektur Metafora}, abstract = {Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki berbagai kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia adalah keseluruhan kebudayaan lokal yang ada di setiap daerah di Indonesia. Masyarakat sebagai salah satu unsur utama dalam pengembangan kebudayaan, saat ini makin dituntut peran sertanya untuk mempertahankan budaya yang telah ada dari zaman dahulu. Di Kalimantan Barat memiliki keberagaman budaya yang terdiri dari 3 etnis mayoritas yaitu Melayu, Dayak dan Tionghoa. Suku Tionghoa merupakan suku yang berimigrasi ke nusantara khususnya pada masa Hindia Belanda untuk berdagang. Di Kalimantan Barat mempunyai sebuah kota dengan jumlah populasi suku Tionghoa terbanyak yaitu di Kota Singkawang. Terdapat tiga suku Tionghoa yang tersebar luas di Kota Singkawang yaitu Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), dan Thongnyin (Hakka). Suku Tionghoa memiliki berbagai kebudayaan yang berumur ratusan bahkan ribuan tahun dan memiliki nilai sejarah bagi bangsa Indonesia. Kebudayaan Tionghoa menjadi bagian dari catatan sejarah, sehingga asal usul, manfaat, umur, serta ilmu pengetahuan mengenai kebudayaan Tionghoa tidak menghilang dan eksistensinya masih dapat dipelajari oleh generasi masa kini dan juga oleh generasi yang akan datang. Namun pada zaman ini kebudayaan yang ada hampir tidak diminati oleh masyarakat, padahal semua budaya yang ada sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Oleh karena itu, perancangan pusat kebudayaan ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur bagi para pengguna agar lebih menghormati budaya sendiri dibandingkan dengan budaya lain, dan juga agar budaya tersebut tidak hilang begitu saja dan dapat dilestarikan oleh penerus-penerusnya. Pusat budaya ini bersifat edukasi dan rekreasi yang dimana pengunjung diajak untuk melihat serta mempelajari kebudayaan Tionghoa dengan keunikan keunikan yang ada seperti kesenian barongsai, seni kaligrafi, kesenian tari tradisional, kesenian wayang potehi dan juga kesenian opera. Dalam perancangannya pusat kebudayaan ini berfungsi sebagai ruang edukasi dan rekreasi yang didalamnya terdapat ruang teater, ruang galeri, perpustakaan, dan ruang serbaguna. Rancangan ini akan menggunakan pendekatan arsitektur metafora sebagai tolak ukur dalam perancangannya. Penggunaan teori ini sangat berkaitan dengan aspek manusia, tradisi, budaya, dan termasuk nilai-nilai religius yang ada didalamnya. Metafora merupakan salah satu cara untuk memahami sesuatu hal yang baru, agar dapat dipelajari serta dipahami, dan dengan menggunakan pendekatan ini diharapkan dapat menghadirkan suatu ruang yang memungkinkan penggunanya untuk melihat suatu karya arsitektur dari sudut pandang yang lain.}, url = {https://katalog.ukdw.ac.id/6436/} }