@mastersthesis{katalog5424, month = {October}, school = {Universitas Kristen Duta Wacana}, year = {2011}, author = {ADI CAHYONO SP 52080035}, title = {TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP MODEL-MODEL DIALOG ANTARUMAT BERAGAMA GKI KWITANG DAN MASJID AR-RIYADH KWITANG, JAKARTA PUSAT.}, keywords = {Kerukunan antarumat, Islam, Kristen, Kwitang}, url = {https://katalog.ukdw.ac.id/5424/}, abstract = {Kebebasan untuk menjalankan ibadah masih hal yang cukup sulit untuk diwujudkan di Indonesia. Sebaliknya, konflik bernuansa SARA masih saja terus terjadi. Keprihatinan akan maraknya konflik/kerusuhan bernuansa kekerasan agama, khususnya antara Islam dan Kristen di Indonesia melatarbelakangi penyusunan tesis ini. Padahal sebenarnya sudah banyak bentuk kerukunan antarumat beragama yang terjalin di negeri ini, namun seringkali tidak terekspos secara proporsional. Salah satunya adalah yang terjadi antara GKI Kwitang dan Masjid Ar-Riyadh di Kwitang, Jakarta Pusat. Penelitian selama satu bulan ini dilakukan untuk mengetahui model-model dialog antara GKI Kwitang dan Masjid Ar-Riyadh di Kwitang, Jakarta Pusat, melihat landasan dan motivasi teologis yang mendasari model-model dialog tersebut, serta mengetahui dampaknya bagi masing-masing umat, masyarakat di sekitar Kwitang dan melihat relevansinya bagi dialog Islam-Kristen di Indonesia. Kajian terhadap model-model dialog yang terjadi antara GKI Kwitang dan Masjid Ar-Riyadh bisa menjadi salah satu bagian penting dalam rangka memahami perkembangan dialog antarumat beragama, khususnya Islam-Kristen, yang ada di Indonesia. Mengingat, GKI Kwitang maupun Masjid Ar-Riyadh memiliki pengaruh bagi kehidupan beragama di Indonesia, baik dari aspek sosial, geografis, historis maupun politis. Ketokohan dan keteladanan para pemimpin bangsa/negara dan para pemimpin agama-agama dalam membangun dialog antar-agama sangat berdampak terhadap proses penguatan keyakinan umat di kalangan akar rumput. Hal ini bisa dilakukan dalam suasana informal, seperti duduk minum kopi bersama. Karena dalam konteks seperti itu justru terjadi dialog antar agama yang relevan dan kontekstual. Hal tersebut bisa menjadi pembuka/langkah awal untuk melanjutkan dialog formal untuk menemukan insight transformatif yang memperkaya dan memperkuat keimanan masing-masing umat.} }