%0 Thesis %9 Masters %A 50180040, Fiktor Jekson Bonoet %A Universitas Kristen Duta Wacana, %B Magister Ilmu Teologi %D 2021 %F katalog:5253 %I Universitas Kristen Duta Wacana %K Wajah ganda, Familia Dei, Integral, Model sakramental, Panenteisme %P 161 %T FAMILIA DEI : MERAYAKAN DUNIA KEHIDUPAN INTEGRAL NUSA TENGGARA TIMUR YANG SAKRAMENTAL %U https://katalog.ukdw.ac.id/5253/ %X Tulisan ini adalah sebuah upaya merivitalisasi pengakuan dunia kehidupan yang sedang mengalami krisis ekologi. Krisis ekologi inilah yang coba digumuli oleh Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dalam pandangan ekoteologinya pada poin 17 misi pada Pokok-pokok Eklesiologinya. Namun, kelihatannya pandangan ekoteologi GMIT perlu diperiksa lebih jauh, untuk dikembangkan dan menjawab krisis ekologi di wilayah pelayanannya di Nusa Tenggara Timur (NTT). Dengan demikian, tujuan tulisan merupakan sebuah usaha merekonstruksikan dan menawarkan bentuk-bentuk konstruktif ekoteologi GMIT, termasuk metafora eklesiologinya, familia Dei. Hal pertama untuk merekonstruksi ekoteologi perlu dilakukan, dengan bertolak dari hipotesis bahwa krisis ekologi adalah juga krisis teologi. Kedua, usaha rekonstruksi dimaksud ialah dengan menganalisis hubungan dua bentuk krisis lingkungan, yaitu krisis pada keutuhan lingkungan fisik (ekofer) dan kehidupan manusia (sosiofer). Ketiga, usaha rekonstruki dilakukan pada bangunan ekoteologi GMIT dengan menggunakan ekoteologi sakramental John Hart dan pendekatan transaksional. Saya telah menemukan bahwa dalam bangunan ekoteologi GMIT, tampaknya perlu dibasiskan pada ekoteologi sakramental. Saya telah menganalisis bahwa konsep metafora familia Dei perlu diperluas karena mengandung antroposentrisme dan bangunan ekoteologinya belum tampak integral. Ketiga, ekoteologi GMIT perlu diisi dengan konsep panenteisme. Karena itu, ekoteologi GMIT membutuhkan sebuah konsep ekoteologi yang integral dan panenteis, yang ditemukan dalam model sakramental. Dengan demikian, manfaat rekonstruksi ekoteologi GMIT adalah upaya mengembangkan ekoteologinya dan merevitalisasi pengakuan dunia kehidupan integral (keutuhan ciptaan) yang sakramental, khususnya di NTT.