%A Mona Loshinta 31160039 %I Universitas Kristen Duta Wacana %X Peningkatan jumlah penduduk berdampak pada peningkatan limbah domestik. Limbah domestik dapat menimbulkan permasalahan lingkungan apabila tidak diolah dengan tepat sebelum dibuang ke alam. Salah satu sistem yang cocok untuk diterapkan di Indonesia dan telah terbukti mampu digunakan untuk mengolah limbah domestik adalah constructed wetland (CW). Sistem ini dapat dimodifikasi lebih lanjut menjadi sistem sub surface vertical flow constructed wetland (SSVF CW) dan cocok untuk diterapkan di Indonesia. Penelitian yang bersifat eksperimental ini menggunakan 2 perlakuan yaitu reaktor kontrol (RK) dan reaktor tanaman (RT) menggunakan melati air (Echinodorus palaefolius). Setiap reaktor memiliki 7 titik sampling dengan interval antar titik sebesar 10cm. Ketujuh titik sampling digunakan untuk mengukur DO, sedangkan untuk parameter lainnya diukur pada titik sampling kedalaman 70 cm. Media yang digunakan adalah tanah, dan batu berukuran 1-2 cm, 2,5-5 cm, dan 7-10 cm. Melati air dipilih karena memiliki aerenchyma dan sering digunakan untuk mengolah limbah domestik. Namun belum ada penelitian yang menjelaskan bagaimana pengaruh kedalaman rhizosfer melati air dalam mensuplai oksigen yang dapat digunakan untuk mendegradasi beban organik. Pada penelitian ini diketahui melati air (rata-rata panjang akar 47,25 cm, akar terpanjang 60 cm) mampu memberi pengaruh terhadap konsentrasi DO (DO RT 70 cm (4,351 ppm) > RK 70 cm (3,813 ppm)). Efisiensi penurunan sistem SSVF CW pada parameter TSS (RK: 77,71 %; RT: 93,48 %), BOD (RK: 76,31 %; RT: 89,39 %), amonia total (RK: 71,64 %; RT: 59,39 %), fosfat (RK: 63,75 %; RT: 66,53 %), sedangkan untuk parameter nitrat dan TDS tidak mengalami penurunan yang dapat dimungkinkan terjadi karena proses nitrifikasi yang berjalan dengan baik pada sistem. %D 2021 %L katalog5224 %K Constructed wetland, Sub surface vertical flow, Oksigen terlarut Echinodorus palaefolius, Limbah domestik, %T PENGARUH KEDALAMAN RHIZOFER TANAMAN MELATI AIR (Echinodorus palaefolius) TERHADAP KUANTITAS OKSIGEN TERLARUT PADA SISTEM SUB SURFACE VERTICAL FLOW CONSTRUCTED WETLAND