@mastersthesis{katalog4892, title = {PROTES AYUB SEBAGAI SEBUAH STRATEGI RETORIKA : ANALISIS RETORIK TERHADAP KITAB AYUB 9:1-10:22 SERTA RELEVANSINYA BAGI PENDERITA HIV/AIDS DI PAPUA}, year = {2011}, author = {KRISTENSIA NOTANUBUN 50070223}, school = {Universitas Kristen Duta Wacana}, month = {June}, keywords = {Kitab Ayub, HIV/AIDS, Papua}, abstract = {Ayub 9:1-10:22 didalam teks Alkitab diidentifikasi oleh para pembaca sebagai perdebatan yang pertama di antara Ayub dan Bildad setelah Ayub menanggapi pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh Elifas, salah seorang sahabatnya yang lain. Dikalangan para teolog, teks ini diberi judul bermacam-macam. Ada yang menyebutnya: ?Perbedaan cara pandang antara Ayub dan sahabat-sahabatnya,? ?Ayub meresponi pada percakapan pertama mereka,? Ayub putus asa di hadapan kemahakuasaan Tuhan,? ?Keinginan Ayub akan sebuah pengadilan di mana Tuhan hadir untuk meninjau kembali masalahnya?. Meskipun tema-tema ini terlihat berbeda antara satu dengan lainnya, namun pada intinya keterikatan tema-tema ini terpilin satu dengan lainnya, secara eksplisit berbeda tetapi mengandung makna yang sama secara implisit. Namun dalam implementasinya, kitab Ayub lebih dikenal oleh para jemaat Kristen sebagai kitab orang saleh, taat dan setia kepada Tuhan, sekalipun Ayub telah dihujani dengan malapetaka yang dahsyat atas dirinya, seorang saleh yang tetap tawakal menerima setiap ujian dari Tuhan. Ini menunjukkan bahwa sisi kemanusiaan Ayub kerapkali dilupakan oleh para pengkhotbah dan juga para jemaat Kristen, padahal Ayub yang juga adalah seorang manusia biasa yang kapan saja bisa memprotes dan berteriak atas ketidakadilan yang dialaminya. Apakah hal ini dilandasi oleh ketakutan si pengkhotbah, jika tema yang ia sampaikan mengenai protes Ayub kepada yang Mahakuasa dan menunjukkan sikap yang menurut Ayub adalah suatu ?ketidakadilan? dapat membuat manusia lain melakukan protes kepada Tuhan dan secara otomatis akan mempertanyakan kevalidan keadilan yang dimiliki oleh-Nya. Padahal kalau diperhatikan dengan teliti, maka sikap Ayub yang ditampilkan oleh si penulis hendak menjadikan sosok Ayub sebagai seorang yang manusiawi, yaitu menjadi sosok pribadi yang memiliki kualitas emosi dan perasaan. Sosok Ayub seperti itu adalah Ayub yang normal, baik secara emosional maupun intelektual. Tegasnya, sikap Ayub ini hendak melawan sistem yang bersifat tiranik, sekaligus diktatorial, bahkan Ayub mempertanyakan penderitaannya. Oleh sebab itu, penulis akan mencoba mencari alternatif penafsiran lain yang dianggap lebih sesuai dengan kesaksian teks itu sendiri, dengan meletakkannya dalam konteksnya yang sesungguhnya, yaitu mengenai protes dan keluhan yang Ayub layangkan kepada Tuhan. Dan dalam penelitian, penulis menemukan bahwa metode yang lebih sesuai dengan bentuk kitab Ayub dan yang lebih membantu menggali pesan yang terkandung di dalamnya adalah metode yang disebut Analisis Retorik. Melalui penafsiran ini penulis hendak memahami pemikiran yang hendak disampaikan penulis kitab Ayub berdasarkan gaya bahasa dan kerangka berpikir retorika dalam kitab tersebut. Karena itu kajian ini lebih mengarahkan perhatian pada bagaimana cara penyusunan bahan dan penggunaan kata-kata tertentu yang mempunyai efek persuasif guna mempengaruhi keyakinan pembaca dan pendengar kitab itu di dalam konteks dan pergumulan mereka. Dan dari metode itu, penulis menemukan bahwa Ayub menunjukkan sisi kemanusiaannya sebagai manusia yang memiliki kualitas emosi untuk melawan ketiranian Tuhan, protes dan keluhan Ayub tujukan kepada Tuhan sebagai bagian dari usaha akhirnya mencari keadilan atas ketidakadilan yang telah diterimanya. Meskipun Ayub mengalami kekuatiran dan ketakutan ketika hendak melawan Tuhan bahkan tampak juga inkonsistensi Ayub terhadap rencananya sendiri, Ayub tetap memilih untuk berhadap-hadapan dengan Tuhan di pengadilan. Hanya manusia yang mengalami penderitaan yang mendalam oleh karena ketidakadilanlah yang berani menggugat Tuhan di pengadilan dan manusia itu adalah Ayub.}, url = {https://katalog.ukdw.ac.id/4892/} }