%0 Thesis %9 Masters %A 50090253, DANNY PURNAMA %A Universitas Kristen Duta Wacana, %B Magister Ilmu Teologi %D 2012 %F katalog:4401 %I Universitas Kristen Duta Wacana %K Filipi, Kenosis, Emmanuel Levinas %P 124 %T MEMAHAMI SPIRITUALITAS KENOSIS DALAM FILIPI 2:1-11 MELALUI PEMIKIRAN FILSAFAT EMMANUEL LEVINAS %U https://katalog.ukdw.ac.id/4401/ %X Kenosis merupakan kata yang bisa dipahami dengan banyak cara. Umumnya orang mengartikan kenosis sebagai pemberian diri secara total bagi sesama dan kepentingannya, sehingga hal-hal yang menyangkut kepentingan diri dianggap bertentangan dengan kenosis. Akibatnya dalam pemahaman ‘tradisional’, kenosis lebih dipahami sebagai peniadaan kepentingan diri dan diganti dengan pengutamaan kepentingan orang lain. Dalam berbagai tulisan dan pemikiran para tokoh di sepanjang sejarah gereja, kenosis menjadi salah satu tema yang diutarakan terus menerus. Mereka yang berupaya menerapkan spiritualitas kenosis itu pada umumnya menjalani kehidupan asketis (menarik diri dari dunia dan menolak keinginan-keinginan daging) atau altruis (mendahulukan kepentingan orang lain dan mengorbankan kepentingan diri). Tesis ini dibuat dengan maksud menemukan pemaknaan baru bagi spiritualitas kenosis sehingga dapat menjadi sebuah jawaban dalam hidup bersama yang lain di tengah konteks Indonesia. Dari hasil penafsiran Filipi 2:1-11 dengan perspektif filsafat Emmanuel Levinas didapati sebuah model spiritualitas kenosis yang tidak asketis maupun altruis sifatnya, melainkan spiritualitas kenosis yang dibangun berdasarkan tanggung jawab terhadap yang lain. Penulis menyebutnya sebagai responsible kenotic spirituality. Spiritualitas kenosis yang bertanggung jawab ini dapat dikembangkan dengan melakukan tiga sikap, yaitu sikap melepaskan, sikap menciutkan atau membatasi diri dan sikap memberi diri bagi yang lain, dengan tujuan semata-mata untuk kepentingan yang lain, namun kepentingan diri tidak dihilangkan sama sekali. Dengan bertanggung jawab terhadap yang lain, diriku menjadi ada atau eksis. Karenanya kepentingan diri tidak dibuang habis-habisan, ada hak dan kepentingan diri yang dilepaskan, namun ada juga yang dibatasi lewat penciutan kepentingan diri sehingga seseorang dapat menjadi seorang-bagi-yang lain dalam hidup bersama.