%X Latar Belakang: Junk food merupakan makanan yang mengandung tinggi lemak, garam, gula, zat aditif, dan kalori, tetapi rendah nutrisi, vitamin, serat, dan mineral. Makanan jenis ini saat ini banyak dikonsumsi remaja. Namun, konsumsi makanan cepat saji dapat meningkatkan risiko tekanan kejiwaan dan perilaku agresif pada anak-anak dan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi makanan junk food terhadap gejala depresi pada remaja. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan kebiasaan konsumsi makanan junk food terhadap gejala depresi pada remaja Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional yang melibatkan 160 siswa kelas IX SMPN 1 Negara, Jembrana, Bali. Data konsumsi junk food diukur menggunakan kuesioner FFQ dan data depresi diukur menggunakan kuesioner CDI. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian ini berjenis kelamin perempuan, jarang mengkonsumsi junk food, tidak ada gejala depresi, memiliki hubungan pertemanan yang baik, hubungan orang tua yang baik, prestasi yang tidak baik, dan citra tubuh yang baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi junk food, hubungan pertemanan, dan hubungan keluarga dengan gejala depresi (p = 0,90; p = 0,11; p = 0,07), serta terdapat hubungan antara prestasi dan citra tubuh dengan gejala depresi (p = 0,02; p < 0,01). Kesimpulan: Frekuensi konsumsi junk food tidak berhubungan dengan gejala depresi. %T HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI JUNK FOOD TERHADAP GEJALA DEPRESI PADA SISWA SMPN 1 NEGARA, KABUPATEN JEMBRANA, BALI %I Universitas Kristen Duta Wacana %A Gusti Agung Sinta Shakuntala 41160100 %L katalog4280 %D 2020 %K depresi; remaja; junk food