@phdthesis{katalog4078, author = {Adinda Anggelia 01150045}, title = {TEOLOGI PERKAWINAN DAN PERCERAIAN DALAM INJIL MATIUS 19:1-9}, year = {2020}, month = {September}, school = {Universitas Kristen Duta Wacana}, url = {https://katalog.ukdw.ac.id/4078/}, abstract = {Perkawinan dipercaya sebagai salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan manusia. Di Indonesia sendiri atmosfer tentang kehidupan berpasangan sangat dominan. Apabila ada yang lajang dan memilih tidak menikah akan dipandang tidak normal. Sehingga tahap perkawinan dipandang sebagai suatu pencapaian ideal yang menentukan eksistensi seseorang dalam kehidupannya. Narasi tentang perkawinan dalam Matius 19:1-9 yang diajarkan di Kekristenan biasanya dipahami sebagai hukum Kristen yang kaku dan tertutup. Ayat 6b yang berisi tentang larangan bercerai, membuat perceraian dipandang sebagai hal yang tabu khususnya bagi pasangan Kristen. Pemahaman terhadap teks yang demikian memberikan pengaruh kuat dalam teologi Kekristenan bahwa perkawinan memang tidak bisa diceraikan sama sekali. Namun realitas ini berbanding terbalik dengan banyaknya kasus perceraian yang terjadi. Penyusun menafsirkan Matius 19:1-9 menggunakan metode tafsir historis untuk mencoba meneliti konteks yang melatarbelakangi teks perkawinan dan perceraian di dalamnya. Konteks dari Yahudi dan Greco Roma mengenai perkawinan dan perceraian di abad pertama memberikan beberapa pengaruh terhadap teks Matius 19:1-9. Salah satunya yaitu praktik perkawinan yang cenderung merugikan kaum perempuan karena perceraian sewenang-wenang. Penulis Matius mencoba mengajak pembacanya untuk melihat konsep perkawinan dan perceraian dengan gambaran baru. Bahwasanya perkawinan merupakan relasi laki-laki dan perempuan yang menjadi satu dalam karya Sang Pencipta. Relasi diantara keduanya bersifat menyatu menjadi satu dan utuh. Sehingga penyatuannya harus dihargai dan tidak boleh diceraikan dengan sembarangan dan sewenang-wenang.}, keywords = {Perkawinan, Perceraian, Injil Matius, Matius 19:1-9, penyatuan, menikah, Yahudi, Greco Roma, perempuan, laki-laki.} }