@phdthesis{katalog3608, month = {June}, year = {2012}, author = {SUSANTI ARI 01062070}, school = {Universitas Kristen Duta Wacana}, title = {MENGHADAPI RASA MALU YANG TERKAIT DENGAN KEHINAAN (DISGRACE SHAME) DARI PERSPEKTIF TEOLOGIS (TAFSIR NARATIF ATAS YEHEZKIEL 16: 53-63)}, keywords = {Disgrace shame, discretionary shame, metode naratif, Yehezkiel 16, pengampunan, penyucian, baptisan}, url = {https://katalog.ukdw.ac.id/3608/}, abstract = {Perjalanan hidup manusia senantiasa diliputi oleh berbagai pengalaman, tidak terkecuali pengalaman akan rasa malu. Pengalaman akan rasa malu ini dapat menjadi sebuah pengalaman yang menyakitkan. Walaupun demikian rasa malu ini kurang mendapat perhatian yang serius dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk juga teologi. Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat jemaat bukanlah komunitas yang kebal terhadap rasa malu. Dengan demikian perlu digali sumber daya teologis yang dapat mengatasi rasa malu, salah satunya adalah Alkitab. Salah satu teks Alkitab yang berbicara mengenai rasa malu adalah Yehezkiel 16. Melalui penafsiran Yehezkiel 16 dengan metode naratif, didapatkan bahwa rasa malu yang muncul dalam teks adalah rasa malu yang terkait dengan kehinaan (disgrace shame). Disgrace shame ini berbeda dengan rasa malu yang terkait dengan kesopanan (discretionary shame). Disgrace shame ini merupakan pengalaman yang menyakitkan karena dapat menghancurkan dunia seseorang. Rasa malu yang terkait dengan kehinaan (disgrace shame) membutuhkan penyembuhan. Praktik yang terjadi di dalam gereja sering kali memberlakukan pengakuan-pengampunan dan penghapusan dosa untuk menghadapi rasa malu ini. Hal ini ternyata memperburuk rasa malu (disgrace shame), oleh karena itu dibutuhkan pembebasan yang lain akan rasa malu tersebut. Di dalam teks ditemukan bahwa ?ritual? penyucian dapat membebaskan seseorang yang tertindih beban rasa malu. Melalui ritual penyucian ini seorang yang mengalami disgrace shame tidak akan lagi melihat dirinya sebagai seorang yang menjijikkan, kotor dan tidak berharga. Ritual penyucian ini termanifestasi di dalam baptisan, dan hendak menyampaikan pesan bahwa orang tersebut telah bersih.} }