%A SAGOH 54110002 %X Tesis ini membahas ritual slametan yang dipraktikkan oleh jemaat GKMI Yogyakarta cabang Pundong, Bantul Yogyakarta. Sebagai bagian dari masyarakat Jawa yang tinggal di perdesaan, meskipun telah memeluk agama Kristen, tetapi mereka masih melaksanakan ritual Slametan. Menurut Geertz, slametan adalah upacara keagamaan Jawa yang mencakup aspek mistik dan sosial yang digunakan untuk mencari selamat, yang melibatkan para tetangga, handai-taulan, arwah nenek moyang, roh-roh setempat dan dewa-dewa Hindu, serta nabi-nabi Islam. Tujuan utama tesis ini adalah untuk mengetahui pandangan jemaat tentang keselamatan dan perdamaian, pelaksanaan ritual slametan yang dilakukan oleh jemaat untuk perdamaian dan alasan jemaat mempraktikan slametan untuk perdamaian. Keselamatan menurut Jemaat adalah karya dari Allah untuk manusia yang sudah jatuh dalam dosa supaya manusia tersebut dapat diselamatkan, baik pada saat manusia masih hidup di dunia maupun kelak setelah meninggal dunia. Keselamatan dapat diraih dengan iman kepada Allah Bapa, Allah Putra, Roh Kudus serta mematuhi perintahNya. Sedangkan perdamaian adalah kondisi yang tenteram, tercukupi kebutuhan hidupnya dan rukun dengan tetangga. Tugas manusia adalah memelihara ketenteraman tersebut dengan cara mendekatkan diri dengan Tuhan, menjalankan sikap-sikap hidup dan perilaku yang rukun dan selaras. Ritual slametan yang diselenggarakan oleh jemaat secara struktur sama dengan slametan yang diselenggarakan oleh warga, tetapi ada perbedaan dalam doa, pembawa doa, makanan yang disajikan, jumlah slametan dan waktu pelaksanaan slametan. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan kepercayaan atau agama yang dianut antara jemaat dan warga berbeda. Alasan jemaat melakukan slametan adalah karena di dalam slametan terdapat aspek-aspek yang berpengaruh dengan kerukunan antar warga. Aspek tersebut adalah, aspek ekonomi, politik, gotong-royong, saling menghargai dan menghormati antara masyarakat di Pundong yang merupakan perwujudan dari prinsip hidup rukun di masyarakat perdesaan. Bagi jemaat dan warga slametan juga merupakan simbol, tanda dan isyarat adanya kerukunan. Simbol, tanda dan isyarat adanya kerukunan dalam slametan tersebut dalam teori perdamaian Galtung, termasuk dalam jenis perdamaian negatif dan perdamaian positif. Dalam kaitannya dengan pengembangan perdamaian, slametan bisa digunakan untuk mengubah sikap-sikap atau asumsi dan perilaku kekerasan menuju ke arah perilaku non-kekerasan. Slametan juga bisa digunakan untuk mengubah dan membentuk identitas seseorang. Slametan juga bisa menjaga hubungan antar anggota masyarakat supaya tetap hidup dalam pola kerukunan yang merupakan jantung dari pengembangan perdamaian. Meskipun slametan mempunyai peranan yang besar dalam pengembangan perdamaian, slametan hanya efektif untuk orang-orang yang hidup di dalam budaya Jawa atau paling tidak mengenal dan mempraktikkan budaya Jawa dan bisa efektif untuk menghadapi jenis-jenis konflik yang bersifat personal dan taraf lokal. Selain itu slametan mempunyai perbedaan nilai-nilai dengan pengembangan perdamaian. Dalam pengembangan perdamaian, konflik laten harus diintensifkan supaya dapat terlihat dan diketahui keberadaannya, sehingga dengan demikian konflik dapat ditransformasi secara kreatif dengan cara-cara non-kekerasan. Tetapi dalam nilai-nilai kerukunan Jawa yang disimbolkan dalam slametan konflik kalau bisa diredam atau ditutupi supaya tidak mengganggu ketenteraman dan keselarasan tatanan masyarakat. %T SLAMETAN DAN PERDAMAIAN %K Adat, Upacara, Agama %L katalog3591 %D 2013 %I Universitas Kristen Duta Wacana