%I Universitas Kristen Duta Wacana %X Kebenaran Allah menjadi dasar pemikiran rasul Paulus menyikapi berbagai pergumulan baik dalam pelayanan kerasulannya maupun dalam keikutsertaannya dalam pergumulan Kekristenan dalam konteks kehidupan kekaisaran Romawi. Kebenaran Allah menjadi basis pemahaman dan keyakinan Paulus untuk memproklamasikan bahwa Allah telah memanifestasikan sambutanNya yang radikal dalam diri umat manusia yang berdosa (Roma 3:21-26). Pemahaman atas sambutan Allah yang radikal ini mendasari nasihat-nasihat etis rasul Paulus terhadap jemaat Roma yang berkonflik berkenaan dengan aplikasi peraturan Yahudi tentang makanan yang halal dan hari yang suci (Roma 14:1-15:13). Paulus sangat prihatin atas sikap saling menolak yang ditandai dengan sikap menghina dan menghakimi sebagai akibat perbedaan pendapat di jemaat Roma. Sebagai sesama hamba Allah dan sesama saudara yang mengimani Yesus dari Nasaret, umat Kristen di jemaat Roma mestinya menerapkan prinsip saling menerima yang radikal sesuai dengan keteladanan yang telah diwariskan oleh Yesus dari Nasaret. Apresiasi yang absolut atas prinsip sambutan Allah dalam diri Yesus dari Nasaret atas manusia yang berdosa mestinya mengokohkan praktek saling menerima dalam persekutuan umat Kristen sekalipun perbedaan pendapat yang tajam bergejolak dalam kehidupan mereka. Mengacu pada pemahaman Paulus tentang kebenaran Allah, orang yang kuat dalam iman yang umumnya terdiri dari kaum Kristen non Yahudi dan dengan latarbelakang kehidupan sosial ekonomik yang lebih baik dari orang yang lemah dalam iman, yang umumnya terdiri dari orang Kristen Yahudi, dinasihati Paulus supaya dimanifestasikan dengan ketaatan iman mereka untuk menanggung dan membangun kehidupan sesama saudara yang lemah baik dalam kehidupan spiritualnya maupun kelemahan-kelemahan sesama saudara dalam aspek-aspek kehidupan lainnya seperti aspek sosial dan ekonomi. Kebenaran Allah jadinya menjadi nilai-nilai dan prinsip-prinsip teologis Paulus untuk membangun persekutuan yang rukun. Kerukunan dalam persekutuan umat beriman yang adalah sesama hamba Allah dan sesama saudara seiman oleh karena penebusan Kristus menjadikan semua orang beriman sebagai milik Allah, mestinya ditandai dengan solidaritas dalam semua aspek kehidupan, baik dalam aspek hidup keagamaan maupun dalam aspek kehidupan sosial dan ekonomi. Penekanan Paulus atas dimensi universal dari solidaritas ini didasarkan Paulus pada pemahamannya tentang kebenaran Allah yang dimanifestasikan Yesus dari Nasaret yang hadir di dunia untuk membangun kehidupan manusia dalam semau aspeknya. Kebenaran Allah yang menyelamatkan adalah tindakan penyelamatan Allah yang tidak terbatas hanya pada aspek kehidupan spiritual, tetapi juga totalitas kehidupan ciptaan Allah (kosmis). %A ROBERT SIAGIAN 50080231 %T KEBENARAN ALLAH SEBAGAI DASAR PEMIKIRAN RASUL PAULUS MEMBANGUN REKONSILIASI DI TENGAH-TENGAH KONFLIK JEMAAT ROMA (ROMA 14:1-15:13) %K Konflik, Rekonsiliasi, Rasul Paulus, Roma %D 2012 %L katalog3379